Sumber: Antara | Editor: Uji Agung Santosa
BEIJING. Indonesia ingin mengoptimalkan pemanfaatan kesepakatan swap mata uang dengan Tiongkok atau China untuk mendukung peningkatan perdagangan kedua negara dan kerja sama investasi. "Optimalisasi kesepakatan tersebut penting untuk mendukung upaya-upaya meningkatkan volume perdagangan dan investasi kedua negara, agar lebih maksimal," kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro kepada Antara di Beijing, Senin malam.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berada di Beijing untuk melakukan penandatanganan kesepakatan pendirian Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) dan rangkaian pertemuan bilateral.
Indonesia bersama 56 negara pendiri AIIB pimpinan Tiongkok menandatangani pasal-pasal mengenai asosiasi pendirian lembaga baru itu di Balai Agung Rakyat, Beijing.
"Kita telah memiliki kesepakatan Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA), namun pemanfaatannya masih terbatas dan belum optimal. Dengan kesepakatan itu kedua negara tidak lagi memerlukan mata uang AS dalam melaksanakan ekspor dan impor," kata Bambang.
Sejauh ini transaksi dilakukan dalam rupiah yang dikonversi ke dalam mata uang AS dan kemudian ke Yuan. "Ini mengakibatkan permintaan dolar AS di dalam negeri tinggi dan rupiah menjadi tertekan," ujarnya.
Terkait itu, untuk mengoptimalkan pemanfaatan kesepakatan swap mata uang kedua negara akan diidentifikasi lagi apa saja yang menyebabkannya.
"Apakah karena memang belum popular, kurang menarik karena biaya tinggi atau apa, sehingga kesepakatan itu optimal dan perdagangan serta investasi kedua negara juga dapat dimaksimalkan," tutur Menkeu Bambang.
Bahkan jika ada hal yang perlu diperbaiki dalam kesepakatan tersebut, kata Bambang, maka kedua pihak juga dapat melakukannya untuk kepentingan bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News