Reporter: Rashif Usman | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). Kerja sama yang terjalin ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama ekonomi internasional.
"Hari ini kita menyaksikan penandatanganan kesepahaman antara ERIA. Ini adalah think tank yang masuk dalam top 10 daripada think tank yang di publikasikan oleh Report Civil Society dan think tank dari University Pennsylvania. Ini adalah salah satu think tank ternama yang berkantor di Jakarta," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (30/7).
Airlangga menjelaskan pihaknya akan berkolaborasi dengan ERIA dalam bentuk studi, publikasi, proyek bersama, dan kegiatan peningkatan kapasitas di bidang kerja sama ekonomi internasional.
Area yang menjadi lingkup kerja sama kedua institusi diantaranya yakni, soal aksesi Indonesia dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).
"Nah terkait dengan OECD dan CPTPP, ERIA akan melakukan kajian manfaat, simulasi skenario, dan pembentukan project management office (PMO) daripada OECD," ujarnya.
Baca Juga: World Bank Apresiasi Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kemudian, kedua institusi juga membahas soal keterlibatan Asia Zero Emission Community (AZEC), pengembangan dan/atau perluasan ekspor Indonesia, penilaian potensi ekonomi industri kendaraan generasi mendatang, pengembangan strategi pembaruan armada jalan yang efisien dan efektif.
“Melalui kerja sama ini, saya harap kerja sama antara kedua pihak dapat semakin erat, khususnya terhadap upaya aksesi Indonesia dalam OECD. Saya yakin dengan sumber daya yang ERIA miliki, akan memperkuat Tim Nasional OECD dalam memenuhi target 3 tahun keanggotaan Indonesia di OECD," kata Airlangga.
Dalam pelaksanaan kerja sama ini, ERIA akan turut menyusun kajian dengan tema besar Future-Ready ASEAN, yaitu bagaimana Asia Tenggara sebagai sebuah kawasan mampu menyiapkan diri untuk isu ekonomi ke depan, seperti semikonduktor dan ekonomi digital.
"ERIA akan melakukan kajian rantai pasok semikonduktur di ASEAN dan India. Asia Tenggara diproyeksikan akan memiliki 10% pangsa perakitan dan pengujian semikonduktor global pada tahun 2027," ujarnya.
Sementara itu, revenue di pasar semikonduktor di Indonesia diproyeksikan mencapai US$ 2,9 miliar pada tahun 2029. Oleh karena itu, Indonesia perlu mempersiapkan ekosistemnya secara matang. Skema insentif yang dilakukan India, dapat menjadi referensi bagi Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden ERIA Tetsuya Watanabe menyampaikan bahwa pihaknya akan mendukung Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Perekonomian pada isu-isu kerja sama internasional.
"Seperti upaya peningkatan ekspor, pengembangan industri otomotif, pengembangan ekosistem ekonomi digital dan semikonduktor, dan aksesi Indonesia dalam OECD dan CPTPP,” ujar Tetsuya.
Terkait ekonomi digital, ERIA akan memberikan dukungan dalam bentuk riset, dukungan kebijakan untuk transformasi digital, dan dukungan ekosistem start-up di kawasan melalui platform E-DISC (ERIA Digital Innovation and Sustainable Economy Centre).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News