Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo meresmikan smelter nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Dalam sambutannya, Jokowi mengapresiasi pembangunan smelter nikel yang memiliki kapasitas produksi 1,8 juta ton per tahun. Pembangunan smelter ini diyakini akan mendongkrak nilai tambah dari nikel.
"Saya sangat menghargai, mengapresiasi pembangunan smelter oleh PT Gunbuster Nickel Industry dan ini akan memberikan nilai tambah yang tidak sedikit dari bijih nikel yang diolah menjadi feronikel, ini nilai tambahnya meningkat 14 kali. Jika dari bijih nikel diolah menjadi billet stainless steel akan meningkat nilainya 19 kali lipat. Sebuah nilai yang tidak sedikit," ujar Jokowi saat peresmian di Konawe, Senin (27/12).
Jokowi selalu mendorong penghentian ekspor nikel dalam bentuk mentah atau raw material dan mendorong hilirisasi industri. Dampaknya, industri di dalam negeri berkembang dengan cepat dan hilirisasi industri bisa terjadi dengan sangat cepat juga.
"Karena memang tidak ada pilihan, yang ingin mengambil, membeli bahan mentah kita sudah tidak bisa lagi. Artinya, mau tidak mau harus mendirikan industri di Tanah Air sehingga kita tidak ekspor lagi yang namanya bahan mentah yang sudah berpuluh-puluh tahun kita lakukan tanpa memberikan nilai tambah yang besar kepada negara," lanjutnya.
Baca Juga: Jokowi: Kita Harus Berhenti Mengimpor Alat Kesehatan dan Obat-Obatan
Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, tahun ini diperkirakan ekspor stainless Indonesia akan meningkat menjadi kurang lebih US$ 20,8 miliar.
Jokowi memandang, angka tersebut merupakan lompatan yang sangat besar jika dibandingkan dengan apabila hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah.
"Biasanya kalau kita ekspor bahan mentah hanya US$ 1 miliar-US$ 2 miliar. Ini sebuah lompatan yang sangat besar sekali," imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut, Jokowi juga meminta pemerintah daerah untuk menjaga iklim investasi agar kondusif sehingga nilai tambah dari industri tersebut akan muncul. Nilai tambah tersebut bisa berupa lapangan pekerjaan, pendapatan bagi negara berupa pajak, hingga devisa yang tidak sedikit.
Menurutnya, penyerapan tenaga kerja di smelter nikel ini mencapai 27.000. Oleh karena itu, Jokowi meyakini ini akan memunculkan sebuah industri dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar.
"Rekrutmen seperti ini yang kita inginkan sehingga semua rakyat kita, kita ingin semuanya bekerja. Tidak hanya melihat bahan mentah yang diekspor ke negara lain, tetapi memberikan nilai tambah lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya kepada negara kita," jelasnya.
Kepala Negara juga meminta agar pemerintah daerah bisa memberikan rasa aman kepada para investor untuk menjalankan aktivitas usahanya. Sehingga bisa meningkatkan nilai investasi di masa-masa yang akan datang.
"Kita harapkan rakyat yang berada di sekitar industri ini merasakan manfaatnya, baik yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan dan juga peluang-peluang usaha baru bagi usaha kecil, usaha menengah, dan yang lain-lainnya sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi di provinsi, maupun di kabupaten di mana industri ini berada," tandasnya.
Baca Juga: Jokowi Dorong Pameran IKM Indonesia Selama Presidensi G20
Turut hadir dalam acara tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura, Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, Bupati Morowali Utara Delis Julkarson Hehi, dan Direktur Utama PT GNI Wisma Bharuna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News