kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rencana Kenaikan Harga BBM Subsidi Bisa Mempengaruhi Tren Inflasi


Kamis, 25 Agustus 2022 / 21:27 WIB
Rencana Kenaikan Harga BBM Subsidi Bisa Mempengaruhi Tren Inflasi
ILUSTRASI. Rencana Kenaikan Harga BBM Subsidi Bisa Mempengaruhi Tren Inflasi. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi Pertalite tak hanya berpotensi mendongkrak harga produk-produk di masyarakat, melainkan juga tren inflasi Indonesia di masa mendatang.

Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono mengatakan, tingginya harga komoditas di pasar internasional telah menyebabkan inflasi secara global. Inflasi tahunan Indonesia sendiri sudah hampir menyentuh 5% secara tahunan atau year on year (yoy).

Apabila kenaikan harga BBM subsidi terjadi dalam waktu dekat, maka hal ini bisa dipastikan mengerek inflasi nasional. Inflasi ini muncul seiring naiknya harga-harga barang yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Baca Juga: Sebelum Harga BBM Naik, Data Penerima Subsidi Harus Jelas Dulu

“Komoditas yang paling terdampak oleh kenaikan harga BBM subsidi adalah bahan pokok dan hasil produksi industri makanan dan minuman,” ungkap Iwantono, Kamis (25/8).

Iwantono turut menjelaskan, kenaikan harga BBM biasanya akan mendorong inflasi. Ini mengingat harga energi memiliki peran signifikan dalam pembentuk inflasi. Misalnya, apabila harga BBM naik 10%, maka inflasi bisa terdorong hingga 0,4 poin.

Inflasi sendiri cukup mempengaruhi posisi daya beli masyarakat. Kelompok masyarakat menengah ke bawah tentu akan lebih rentan terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok akibat penyesuaian harga BBM subsidi.

Di sisi lain, pemerintah juga dihadapkan pada posisi pelik ketika menentukan kenaikan harga BBM subsidi. Apalagi, beban subdisi yang mesti ditanggung pemerintah sudah terlampau besar. Mengurangi subsidi energi sebenarnya bisa jadi pilihan, meski bukan pilihan yang mudah.

“Beban pengurangan subsidi bisa ditanggung lebih banyak oleh kelompok masyarakat yang ekonominya kuat, sedangkan pada kelompok masyarakat rentan jangan diberi beban, dan bahkan harus ditolong,” terang dia.

Sementara itu, Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, selama ini para produsen masih menahan kenaikan harga jual produknya untuk konsumen ritel, meski inflasi di level produsen sudah naik 10% di kuartal II-2022. Kalaupun terjadi kenaikan harga produk, level kenaikannya cukup tipis.

Baca Juga: Pasokan Bahan Baku Seret, Industri Pengolahan Ikan Terancam Merugi

Ada kemungkinan penyesuaian harga produk, terutama barang konsumsi, semakin tidak akan terhindarkan lagi begitu harga BBM subsidi naik. Jika terjadi demikian, bukan tidak mungkin tren kenaikan inflasi bakal terjadi di Indonesia. “Setelah semua sektor terakumulasi, inflasi bisa mencapai 7% ketika harga BBM subsidi naik,” ujar dia, Kamis (25/8).

Menurut Bhima, para produsen sebenarnya bisa saja tetap mempertahankan harga jual produknya. Hanya, produk yang dijual bakal mengalami penurunan dari sisi kuantitas dan kualitas.

“Kalau bagi masyarakat kelas atas, ini masih bisa ditoleransi. Tapi, bagi masyarakat menengah ke bawah, mereka akan kurangi pembelian,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×