kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Renang harus jadi olahraga wajib


Minggu, 10 Agustus 2014 / 22:31 WIB
Renang harus jadi olahraga wajib
ILUSTRASI. Konsumsi Rutin, Ini 5 Makanan untuk Menjaga Kesehatan Payudara


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Renang harus jadi olahraga wajib bagi siswa TK – SLTA jika Indonesia ditetapkan kembali sebagai negara maritim. Selain itu, seluruh tahapan pendidikan termasuk perguruan tinggi harus menjadikan kehidupan pantai dan laut sebagai budaya sehari-hari. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mempersiapkan diri untuk mengembalikan budaya maritim ini dengan cara mempersiapkan sarana-prasarana terkait dengan budaya bahari antara lain, kolam renang.

Demikian ditegaskan oleh mantan Kalakhar Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla RI) Laksdya TNI (Pur.) Yosaphat Didik Heru Purnomo, saat ditanya tentang Indonesia Sebagai Negara Maritim. Ia menegaskan bahwa yang perlu digarisbawahi adalah menjadi negara maritim tidak hanya soal teknologi tetapi soal budaya.

Mantan Kasum TNI ini menjelaskan lebih lanjut, kehancuran budaya maritim Indonesia sudah terjadi sejak 500 tahun lalu, ketika Portugal menguasai Malaka termasuk Tumasik (Singapura-red) pada tahun 1511. Padahal daerah itu dahulu adalah pulau terluar dari Kerajaan Sriwijaya dan tidak pernah berubah sampai direbut oleh Portugal.

“Pilihan menjadi negara maritim adalah mengembalikan budaya bahari nusantara sebelum jaman abad XIV. Sehingga untuk mengembalikan budaya ini, pemerintah mendatang harus melakukan revolusi budaya laut melalui penerapan renang sebagai olah raga wajib. Ini bukan soal apakah Indonesia akan meninggalkan budaya agraris dengan menuju negara Maritim. Bukan itu. Ini soal budaya karena kita terdiri dari tanah dan air. Kita adalah negara maritim yang sekaligus adalah negara agraris,” ujar Didik dalam siaran pers, Minggu (10/8).

Menurut Didik, jika rentang satu generasi berusia 25 – 50 tahun, budaya maritim Indonesia telah hilang 10 hingga 20 generasi. Itu artinya adalah Indonesia tidak mungkin mengembalikan budaya maritim dalam waktu 5 – 10 tahun saja atau dua periode masa pemerintahan presiden itupun jika dipilih kembali.

“Oleh karena itu, cara yang termudah untuk mengembalikan budaya bahari Indonesia adalah dengan menerapkan renang sebagai olah raga wajib di semua tahapan pendidikan. Sebagai tindak lanjut dari olah raga renang, Indonesia harus mengadakan lomba berenang bebas di laut, di sungai atau di danau,” ujarnya.

Dijelaskan lebih lanjut, Indonesia juga harus memulai memperkenalkan pramuka (pandu) laut dengan kembali pada tradisi bahari non teknologi seperti bahasa semampor, morse atau juga panduan bintang dll. Kemudian memancing juga harus digalakkan, perbaikan lingkungan laut dll. Namun itu semua hanya bisa dilakukan ketika anak-anak sudah bisa berenang. Jika tidak bisa berenang, ungkap Didik, ya lupakan semua yang kita impikan.

Mantan Pangarmabar ini juga melihat, masa depan Indonesia memang berada di laut dan semua orang Indonesia harus mencintai lautnya. Ketidakpedulian atas lautnya merupakan awal dari kehancuran sebuah negara kepulauan seperti Indonesia.

“Untuk menumbuhkan cinta laut dan spirit bahari, semua tradisi-tradisi yang dikenal harus dihidupkan kembali. Pada abad kedua, pelaut dari Bugis, Dayak dan Melayu sudah sampai di Madagaskar di saat pelaut Eropa belum terdengar sejarahnya. Sehingga mengembalikan spirit bahari harus ditumbuhkan rasa cinta akan laut dengan pendekatan budaya seperti Bugis, Sumatera Selatan, Ternate, Banten, Aceh dll,” tegasnya.

Menurut Dididk, yang bersama wartawan seluruh Indonesia menyusun buku “Tahun 1511 – Lima Ratus Tahun Kemudian” terbitan Gramedia pada 2011, semua tradisi laut yang pernah ada harus dihidupkan kembali di kota-kota pelabuhan yang pernah ada. Kota-kota itu, akan menjadi garis imajiner yang akan menghubungkan Indonesia menjadi negara satu tak terbagi sehingga laut itu adalah menyatukan dan bukan memisahkan.

Selain itu, Didik menekankan, olah raga renang juga merupakan tindakan preventip bagi keselamatan anak-anak yang karena usianya menyukai air. Kematian anak-anak terkait dengan lingkungan air seperti sungai, laut, atau kolam renang dikarenakan anak tidak bisa berenang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×