Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat telah terjadi 506 kejadian bencana sejak 1 Januari 2024 hingga pada 14 Mei 2024.
Disusul dengan jumlah pengungsi sebanyak 5.183 jiwa, meninggal dunia 31 jiwa, dan sebanyak 150.198 jiwa terdampak bencana alam.
Kepala Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bekasi Imam Tri Subekti menyampaikan bahwa PMI Kota Bekasi telah terlibat bukan hanya pada bencana yang melanda sekitar Kota Bekasi namun juga bencana luar biasa nasional seperti Tsunami Aceh, Gempa Sumatra Barat, Erupsi Gunung Merapi, Gempa Palu, Erupsi Gunung Semeru, Gempa Baten, dan Gempa Cianjur.
Baca Juga: Cuaca Curah Hujan Tinggi sampai 20 Mei 2024, Provinsi Ini Klasifikasi Awas Bencana
Dihubungi terpisah, Kepala Bagian Pelayanan PMI Kota Bekasi Agung Cahyono menyampaikan, beberapa suka dukanya ketika bertugas sebagai relawan bencana alam.
Menurut Agung, menjadi relawan lebih banyak suka dari pada duka. Dia bilang, kebahagiaan diperoleh ketika mampu membantu meringankan beban mereka yang terdampak bencana.
"Dukanya di lapangan kadang sampai berminggu-minggu walaupun bencananya hanya sehari dan harus mengirimkan laporan kegiatan pada semua tingkatan dengan spesifik," kata Agung kepada Kontan, Senin (13/5).
"Atau kadang-kadang rekan-rekan relawan kehabisan uang di lapangan sehingga harus meningkatkan kebersamaan lebih erat lagi," tambahnya.
Dia mengaku sumber pendanaan PMI Kota Bekasi berasa dari banyak pihak mulai dari program bulan dana PMI setiap tahunnya dalam bentuk kupon dan amplop yang disebarkan ke seluruh masyarakat di Kota Bekasi, lalu dari pemerintah, donatur dari perusahaan atau lembaga, serta dukungan logistik yang datang dari PMI Provinsi dan PMI Pusat.
Baca Juga: Gunung Berstatus Siaga Bertambah, Ini Status Terbaru Gunung Api di Indonesia
"Untuk fasilitas dan peralatan untuk kebutuhan-kebutuhan relawan, semuanya hampir disiapkan oleh PMI Kota Bekasi seperti peralatan safety pribadi, kendaraan, jaminan keselamatan, BPJS tenaga kerja sementara, logistik, dan lain-lain walaupun untuk saat ini masih terbatas," terang Agung.
Soal jaringan relawan, kata Agung ada ribuan lembaga kebencanaan baik pemerintah ataupun non-pemerintah. Untuk PMI se-Indonesia, banyak bersinergi dengan para relawan dari lembaga lain ketika terjadi bencana seperti Basarnas, BNPB, TNI, Kepolisian, Damkar, dan lembaga-lembaga kemanusiaan non pemerintah lainnya.
Khusus PMI, Agung bilang bahwa pihaknya melakukan mobilisasi secara terstruktur bila terjadi bencana luar biasa, dikoordinir oleh PMI pusat sesuai spesialisasi di PMI Kabupaten/Kota yang semua akomodasi dan peralatan difasilitasi oleh PMI Provinsi atau Pusat.
Perlu diketahui bahwa keanggotaan relawan PMI Kota Bekasi terbagi menjadi dua dengan persyaratan yang berbeda yakni KSR (Korps Sukarela) PMI dan TSR (Tenaga Sukarela) PMI.
Baca Juga: Korban Banjir Lahar Hujan Sumatra Barat Mencapai 43 Orang
Rekruitmen KSR dilakukan setiap 2 tahun sekali atau sesuai kebutuhan Markas PMI Kota Bekasi melalui proses seleksi seperti seleksi administrasi, wawancara, dan fisik. Setelah itu dilakukan pelatihan selama 134 jam yang dilakukan selama 2 bulan.
Sedangkan TSR merupakan relawan dengan keahlian khusus atau spesialisasi seperti dokter, perawat, insinyur, dan lain-lain. Perekrutannya disesuaikan dengan kebutuhan dalam rangka meningkatkan kapasitas markas PMI kota Bekasi. TSR juga melewati serangkaian latihan penanggulangan bencana, pertolongan pertama, dan pelatihan-pelatihan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News