kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.044.000   9.000   0,44%
  • USD/IDR 16.451   12,00   0,07%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Realisasi Belanja Pemerintah Menentukan Laju Ekonomi Semester II 2025


Kamis, 04 September 2025 / 18:11 WIB
Realisasi Belanja Pemerintah Menentukan Laju Ekonomi Semester II 2025
ILUSTRASI. Pemerintah menyiapkan berbagai program konkret untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi domestik. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah menyiapkan berbagai program konkret untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi domestik pada semester II-2025 atau kuartal III dan IV 2025.

Meski demikian, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menghitung, pertumbuhan kuartal III dan IV 2025 tak akan menyentuh level 5% year on year (YoY), alias sekitar 4,7% YoY pada kuartal III dan kuartal IV sekitar 4,8% YoY.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut, lebih rendah dari kuartal II 2025 sebesar 5,12% YoY. Menurut Josua, hal itu disebabkan oleh lebih sedikitnya hari libur nasional pada paruh kedua tahun ini serta potensi ekspor yang melambat setelah efek front-loading mereda.

“Dengan alasan paruh (semester) II punya jauh lebih sedikit hari libur nasional dan ekspor berpotensi moderat setelah efek front-loading,” tutur Josua kepada Kontan, Kamis (4/9/2025).

Baca Juga: Gelombang Demo di Indonesia Dipicu Beban Ekonomi dan Krisis Kepercayaan Publik

Josua membeberkan, agar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II 2025 mampu tumbuh lebih dari 5% YoY, realisasi belanja harus bukan hanya besar di atas kertas, tetapi dilakukan di awal kuartal (front-loaded).

Belanja itu perlu difokuskan pada belanja modal dengan kandungan lokal tinggi, serta diiringi pemulihan penyaluran kredit yang sempat melambat.

Secara mekanis, Josua menyebut ada dua jalur yang bisa ditempuh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5%, yakni melalui konsumsi pemerintah dan belanja modal pemerintah yang masuk dalam pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

“Dengan porsi historis sekitar satu digit tinggi terhadap (produk domestik bruto) PDB riil, kami memproyeksikan konsumsi pemerintah berbalik tumbuh sekitar 2,6% YoY di kuartal III dan 3,3% YoY di kuartal IV memberi kontribusi langsung kisaran 0,2–0,3 poin persentase per kuartal terhadap pertumbuhan PDB,” hitungnya.

Sementara itu, PMTB diproyeksikan tumbuh sekitar 2,3% YoY di kuartal III dan 2,8% YoY di kuartal IV. Dengan bobot PMTB sekitar sepertiga PDB, komponen ini lanjutnya, menambahkan sekitar 0,7–0,9 poin persentase per kuartal.

Namun Josua menegaskan, angka PMTB termasuk investasi swasta dan pemerintah, besarnya dorongan pemerintah akan sangat ditentukan kecepatan lelang, serapan fisik, dan kandungan impor proyek.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Kembali Ekspansi, Ekonomi Domestik Membaik?

Jika dijumlahkan secara kasar, lanjut Josua, dampak fiskal langsung melalui dua jalur tersebut berada di kisaran 1,0–1,2 poin persentase pada kuartal III dan 1,1–1,3 poin persentase pada kuartal IV.

Ia menambahkan, efek tidak langsung juga akan muncul melalui program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).

Program tersebut terutama akan berdampak pada konsumsi makanan, material bangunan, dan jasa terkait properti, meskipun besarnya sangat bergantung pada kecepatan implementasi di lapangan serta kesiapan pasokan.

“Data terbaru menunjukkan loan growth per Juni masih menurun sekitar 7,8% YoY sehingga transmisi KUR/FLPP perlu didorong agar efek permintaan tidak tertahan di sisi pembiayaan,” ungkapnya.

Sejalan dengan itu, Josua juga menilai, peran Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) dan diskon Natal dan Tahun Baru, keduanya efektif sebagai puncak musiman yang menggeser transaksi ke bulan tertentu.

Baca Juga: Airlangga Yakin Dampak Gejolak Sosial Politik Hanya Jangka Pendek

Dampaknya terutama terlihat pada sektor ritel dan transportasi, meskipun hanya berlangsung singkat dan sebagian besar berupa pergeseran waktu belanja, bukan tambahan belanja murni.

Oleh karena itu, menurutnya, peran utama tetap bergantung pada realisasi belanja pemerintah serta percepatan proyek padat karya dengan kandungan lokal tinggi agar manfaatnya menyebar lebih luas ke manufaktur, konstruksi, dan jasa pendukung.

Ia menegaskan, pemerintah perlu memprioritaskan belanja yang cepat memberikan dampak, seperti belanja modal kecil-menengah padat karya, percepatan pembayaran termin proyek, serta produksi pangan dan gizi untuk program MBG.

“Kurangi kebocoran impor pada proyek konstruksi, penguatan dukungan pembiayaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dan kredit produktif mikro-kecil, dan pastikan Harbolnas/Nataru disinergikan dengan promosi UMKM lokal serta logistik antardaerah agar efeknya tidak hanya terkonsentrasi di kota besar,” tandasnya.

Selanjutnya: 4 Manfaat Kombinasi Retinol dan Niacinamide untuk Wajah, Bikin Cepat Glowing!

Menarik Dibaca: 4 Manfaat Kombinasi Retinol dan Niacinamide untuk Wajah, Bikin Cepat Glowing!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×