Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Senior Faisal Basri mengungkapkan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam tren penurunan bila dibandingkan dengan era 1970-an.
Ia menghimpun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan menunjukkan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2020 hingga 2022 hanya sekitar 5% secara tahunan atau year on year (yoy).
Ini lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan pada tahun 2004 hingga 2018 yang sebesar 6% yoy, pun lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan dari tahun 1988 hingga 1997 yang 7% yoy, dan rata-rata pertumbuhan tahun 1976 hingga 1983 yang sebesar 8% yoy.
Baca Juga: Kata Faisal Basri Soal Pelemahan Rupiah Meski Neraca Dagang Surplus Jumbo
Faisal menyebut, perlambatan pertumbuhan ekonomi ini bisa didorong oleh kinerja pemerintah yang tidak maksimal karena terlalu terikat dengan kepentingan politik.
"Ini hasil dari proses politik yang makin lama makin buruk. Ini menghasilkan kinerja ekonomi yang kian lama kian melemah. Pertumbuhan terus melambat sampai sekarang," tutur Faisal dalam diskusi publik, Kamis (5/1).
Tren perlambatan pertumbuhan ekonomi ini tentu memengaruhi rata-rata tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang disorot dari pendapatan per kapita.
Baca Juga: Ekspor Manufaktur Indonesia Kalah Saing, Faisal Basri Beberkan Sebabnya
Faisal mengutip data Bank Dunia yang menunjukkan pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2021 di bawah US$ 5.000 atau di bawah negara-negara sebaya seperti Malaysia, Thailand, China, dan Korea Selatan.
Faisal khawatir, bila hal ini dibiarkan terus menerus, Indonesia akan terjebak di jebakan negara kelas menengah. Sehingga asa Indonesia untuk menjadi negara maju di 2045 akan tersendat.
"Bila bisnis dan perekonomian berjalan terus seperti sekarang, maka middle income trap tidak akan terhindarkan. Harus ada perubahan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News