Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Senior Indef Faisal Basri mengungkapkan, kontribusi ekspor barang manufaktur ke kinerja ekspor Indonesia pada 2021 lebih rendah bila dibandingkan dengan negara sebaya (peers).
Ia mengutip data Bank Dunia dalam World Development Indicators, kontribusi ekspor barang manufaktur Indonesia pada tahun 2021 sebesar 44,9%.
Ini lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata kontribusi ekspor barang manufaktur negara berpendapatan menengah atas (upper middle income) yang sebesar 81,5%.
Pun lebih rendah bila dibandingkan dengan negara sebaya seperti Malaysia dengan kontribusi sekitar 68,1%, Filipina kontribusi 79,7%, Vietnam sebesar 86,4%, Korea Selatan sebesar 89,6%, dan China sebesar 93,6%.
Baca Juga: Ekonom Beberkan Sejumlah Strategi untuk Topang Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2023
Faisal mengungkapkan, ini didorong oleh keterbatasan kinerja industri manufaktur Indonesia. Yang bahkan ditunjukkan dengan nilai kontribusi industri manufaktur ke pertumbuhan yang makin menurun.
"Struktur manufaktur yang lemah, membuat produk outputnya menjadi terbatas untuk dikirim ke luar negeri (ekspor). Kita makin bergantung dengan ekspor komoditas," tuturnya dalam diskusi publik, Kamis (5/1).
Keterbatasan tersebut juga ditandai dengan industri manufaktur Indonesia yang kurang beragam. Kebanyakan adalah industri makanan dan minuman serta industri kimia dan obat-obatan.
Kontribusi industri makanan dan minuman mencapai 38,1% serta kontribusi industri kimia dan obat-obatan mencapai 11,5%. Dengan kata lain, lebih dari separuh industri pengolahan bertumpu pada dua sektor ini.
"Iya industri manufaktur kita melambat, kan sangat bergantung pada segelintir subsektor saja. Jadi, fondasinya lemah," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News