Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
“Sebagai pelayan negara kepulauan yang luas dan berbeda yang memiliki lebih dari 17.000 pulau yang berhadapan dengan Australia di satu sisi dan India di ujung lainnya, ia menghadapi banyak tantangan. Ia telah menunjukkan ketangkasan dan kemampuan dalam menavigasi arus lintas politik dalam negeri yang rumit maupun urusan internasional,” ungkap The Straits Times seperti dikutip dari keterangan resmi penghargaan tersebut.
“Kepribadiannya yang membumi, kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang dan berempati dengan rakyat jelata telah memenangkan banyak pengagum di negerinya. Di luar negeri, kemampuannya untuk menatap ke luar cakrawala dan bergulat dengan tantangan strategis yang dihadapi negara dan wilayahnya, akhir-akhir ini juga diakui,” tulis The Straits Times.
Baca Juga: 50 daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes: Hartono bersaudara tetap di posisi 1
Di tengah banyaknya tantangan yang dihadapinya, Jokowi diharapkan tetap tidak memberikan kesempatan dan tidak mengompromikan upayanya untuk membangun Indonesia yang demokratis, bebas korupsi, terbuka, toleran, dan inklusif.
Pemimpin Redaksi Grup Media The Straits Times Warren Fernandez menambahkan, setiap tahun editor ST mencari orang, tim, atau organisasi yang tidak hanya membuat atau membentuk berita, tetapi membantu memberikan kontribusi positif bagi Asia dalam prosesnya.
“Presiden Joko Widodo telah melakukan itu dengan sangat baik. Tidak hanya dia memenangkan masa jabatan kedua, dia telah melakukan bagiannya untuk menjaga Indonesia yang luas dan berbeda dan membawanya maju. Begitu juga untuk Asean. Ada banyak ruang baginya untuk memimpin lebih jauh jika dia menguasai keterampilan politiknya yang besar dan niat baik yang dia nikmati bersama orang-orang di seluruh Asia,” ujar Warren.
Baca Juga: The Straits Times nobatkan Jokowi sebagai Asian of The Year 2019
Adapun nama Jokowi kini bersanding dengan peraih penghargaan The Straits Times Asian of The Year pada tahun-tahun sebelumnya. Di antaranya peraih penghargaan pertama pada 2012, Perdana Menteri Myanmar Thein Sein, Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada 2013, dan Perdana Menteri India Narendra Modi pada 2014.
Pada 2015, penghargaan diberikan kepada Lee Kuan Yew, Perdana Menteri pendiri Singapura. Dilanjutkan lima perintis yang bekerja di bidang teknologi dan perdagangan Asia diberi penghargaan sebagai The Disruptors pada 2016.