Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komite Penanganan Covid-19 akan memfokuskan kegiatan untuk menciptakan rasa aman dan sehat di masyarakat. Selain itu Komite Penanganan Covid-29 juga berupaya mencegah terjadinya pertumbuhan ekonomi negatif dan resessi pada kuartal III 2020.
Berdasarkan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, sekarang ini kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah menangani virus corona di Indonesia belum muncul.
Misalnya dari data di perbankan dana masyarakat atau Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung naik. Sementara penyaluran kredit di perbankan cenderung turun.
"Kalau di pilah lagi DPK perbankan yang naik berasal dari orang yang punya uang atau golongan menengah, dengan spending atau belanja mereka makin turun," kata Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Raden Pardede.
Menurut Raden Pardede pemerintah melihat masyarakat kelas menengah saat ini masih menahan diri, karena belum begitu yakin.
"Kedua kaum senior pemilik dana ini lebih concern terhadap kesehatan daripada golongan yang muda," katanya saat jadi pembicara di diskusi yang digelar komunita Garakan Pakai Masker bertema Ekonomi Indonesia di Ambang Resesi, Apa Solusinya? – Menyelamatkan Nyawa, Menyelamatkan Ekonomi.
Menurut Raden Pardede bagi golongan muda risiko terpapar virus corona memang lebih kecil, apalagi dengan daya tahan tubuh yang baik.
"Paling kena pun di fase 0-1 dengan pengobatan vitamin bisa sembuh. Sedangkan warga yang sudah berumur bisa langsung ke fase 3 langsung masuk ke ICU (instalasi penanganan instensif). Sayangnya mereka yang kaum kolonial ini yang punya uang, mereka belum mau belanja, konsumsi dan investasi," kata Raden Pardede.
SELANJUTNYA>>>
Hal ini terlihat dari kebijakan membuka mal, tidak ada kaum kolonial atau warga kelas menengah atas berusia senior untuk belanja-belanja. Selain itu, mereka juga masih enggan untuk melakuan plesiran dan bepergian untuk hiburan.
Karena itulah Raden Pardede sepakat dengan pendapat bahwa persoalan yang menjadi prioritas penanganan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional adalah bagaimana menciptakan rasa aman dan sehat di masyarakat.
Dengan terciptanyarasa aman dan sehat inilah agar memunculkan kepercayaan di masyarakat. "Kepercayaan itu ada di kepala kita semua, tanpa kepercayaan upaya pemulihan tidak bisa jalan, jadi aman dan sehat menjadi prioritas utama kami," kata Raden Pardede.
Selain itu Raden Pardede menyampaikan bahwa target Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional adalah bagaimana mencegah resessi.
Sebagai gambaran pada kuartal I-2020 yang lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 2,97%. "Untuk kuartal II kami sudah tahu datanya pertumbuhan ekonomi akan negatif, akan mengalami kontraksi. Sebesar apa kontraksi? Antara 4%-5%, lebih baik dari negara lain yang mengalami kontraksi ekonomi lebih parah akibat pandemi virus corona Covid-19," katanya.
Selanjutnya menjadi pertanyaan juga apakah kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 kembali terjadi kontraksi ekonomi atau tidak? Menurut Raden Pardede secara teknikal kalau mengalami pertumbuhan negatif pada kuartal III-2020 maka Indonesia dikatakan resessi, dan jika Q4 negatif lagi tetap terjadi resesi. "Kalau tahun depan tetap negatif juga maka akan disebut depressi," kata Raden Pardede.
Karena itulah kuartal III-2020 ini pemerintah tengah mengupayakan agar tidak terjadi pertumbuhan ekonomi negatif. "Target jangka pendek kami menghindari resessi. Sebagai prasyarat utama adalah bagaimana menciptakan rasa aman dan sehat terlebih dahulu di masyarkat," tandas Raden Pardede.
Pemerintahn ingin penanganan kesehatan dan menciptakan rasa aman ini sekaligus berjalan dengan pemulihan ekonomi. Artinya kesehatan atau kehidupan tetap jalan sementara mata pencaharian tetap bisa memberikan penghasilan. "Indonesia tak bisa disamakan dengan luar negeri yang melakukan lockdown dalam jangka lama," katanya.
Paling maksimum yang masih bisa dilakukan pemerintah dalam situasi sekarang adalah melakukan upaya Tes, Lacak, dan Isolasi (TLI). "Ini harus dilakukan dan fokus kami beberapa bulan ke depan. Komite akan meningkatkan test PCR lebih masif," kata Raden Pardede.
SELANJUTNYA>>>
Raden Pardede juga menjelaskan, pemerintah telah mengidentifikasi apa saja yang harus ditingkatkan dari sisi belanja pemerintah tahun ini. Akan ada rapat koordinasi terbatas untuk mengidentifikasi dan menyisir belanjanya. Seperti peningkatan belanja PCR agar positivity rate bisa mengikuti standar WHO yakni di bawah 5%. Kami juga menargetkan agar kuartal III-2020 tidak terjadi resessi," kata Raden Pardede.
Karena itulah saat ini Komite sedang melihat lagi belanja perintah di Program Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 695 triliun. Terutama anggaran untuk belanja sosial program padat karya di samping yang utama belanja kesehatan yang sebesar Rp 87,5 triliun. Pemerintah ingin memprrioritaskan kegiatan untuk menciptakan rasa aman dan sehat bagi masyarkat. "Baru belanja sosial dan padat karya, terang Raden Pardede.
Raden Pardede juga menyinggung saat ini pemerintah telah menyediakan dana murah dengan mempercepat pencairan serta ada penjaminan. Pemerintah juga akan merevisi PP No 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional dalam rangka mendukung kebijakan keuangan negara untuk pnanganan pandemi Covid, atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan serta penyelematan ekonomi nasional.
"Ini di sederhanakan, di PP ini yang sempat rumit dipangkas untuk di sederhanakan.
Selain itu untuk jangka panjang 2%-3% tahun Pemerintah ingin agar perekonomian bisa kembali minimum ke masa pra pandemi Covid-19 yakni dengan pertumbuhan ekonomi 5%-6% dengan sustainable.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News