kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Pusat pertumbuhan bergerak ke negara maju


Kamis, 23 Januari 2014 / 18:57 WIB
Pusat pertumbuhan bergerak ke negara maju
ILUSTRASI. Harus Tahu! Simak 4 Cara Mencukur Bulu Ketiak dengan Tepat


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pola pertumbuhan ekonomi di dunia diperkirakan mulai bergeser di tahun 2014. Ini terlihat dari proyeksi pertumbuhan dari lembaga keuangan dunia, yang yakin negara berpendapatan tinggi seperti Amerika Serikat (AS) dan negara Eropa akan kembali menguat.

Menurut lembaga moneter dunia atau International Monetery Fund (IMF), pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2014 diperkirakan akan lebih tinggi dari proyeksi semula. Pada bulan Oktober 2013 lalu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2014 akan berada di level 3,6%, namun pada januari ini proyeksinya berubah lebih tinggi menjadi 3,7%.

Optimisme ini muncul melihat perkembangan ekonomi AS dan Eropa yang terus membaik. IMF memperkirakan tahun 2014 pertumbuhan ekonomi negara-negara maju akan mencapai 2,2% dan di tahun 2015 menjadi 2,3%.

Sementara pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan mencapai level 2,8%. Bahkan pada tahun 2015 akan meningkat lebih tinggi menjadi 3%. Bandingkan dengan pertumbuhan AS di tahun 2013 yang hanya 1,9%.

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih melihat, tumbuhnya ekonomi negara maju akan mendorong ekonomi di negara-negara berkembang ikut membaik dalam jangka pendek. Setidaknya itu trelihat dari proyeksi pertumbuhan negara seperti Cina dan India yang diprediksi tahun 2014 yang masing-masing akan berada di level 7,5% dan 5,4%.

Meskipun demikian, pertumbuhan Cina memang belum tentu bisa membaik seperti yang diperkirakan. Kendala musim dingin yang ekstrim akan membuat ekonomi di negeri Tirai Bambu itu tersendat karena biaya produksi akan lebih tinggi. Jika pertumbuhan ekonomi Cina terhambat, bisa dipastikan akan berdampak buruk bagi pertumbuhan Indonesia.

Perlu dicatat, sebagian besar ekspor Indonsia bukan ke negara-negara maju seperti AS dan negara-negara di Eropa melainkan ke Cina. “Jadi pertumbuhan ekonomi kita lebih tergantung kepada Cina dibanding Eropa,” ujar Lana, Kamis (23/1) di Jakarta.

Lana mengatakan, pasar Indonesia perlu mencermati pertumbuhan ekonomi di China. Apakah Cina mampu tumbuh kembali menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi secara konsisten, atau mulai disalip AS dan negara-negara Eropa.

Jika itu terjadi, maka perubahan pola pertumbuhan benar-benar akan terjadi. Dimana, AS dan negara-negara eropa kembali menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia.

Sementara dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang diprediksi membaik itu, Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia tidak perlu merevisi pertumbuhannya. Oleh karenanya, pemerintah akan fokus mengejar target pertumbuhan ekonomi tahun 2014 di level 6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×