Reporter: Widyasari Ginting | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Realisasi pembangunan kabel listrik bawah laut untuk menunjang pasokan listrik di Jawa tampaknya belum jelas. Sebab dari kebutuhan dana yang sebesar US$ 2 miliar-US$2,1 miliar yang diberoleh baru sekitar US$ 1,2 milliar dari pinjaman Japan International Cooperation Agenci (JICA).
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Deddy S Priatna mengatakan, untuk saat ini dana yang baru terkumpul sekitar US$ 1,2 milliar yang merupakan pinjaman tahap 1 dan 2 dari JICA. "Masih kurang US$ 700 juta-US$ 800 juta lagi" ujarnya, Rabu (18/6).
Dana dari JICA ini dijelaskan Dedy hanya baru ditarik untuk anggaran biaya konsultan. "Tapi kalaupun tidak ditarik uangnya, mesti dijamin ada uangnya," ujarnya.
Dia menjelaskan, berdasarkan regulasi di Indonesia, dana sistem multi kontrak yang yang dibiayai dari pinjaman luar negeri harus masuk blue book. Sedangkan kekurangan dana untuk proyek kabel bawah laut ini belum masuk dalam bluebook APBN 2014.
Namun karena tender sudah berlangsung, Dedy bilang bahwa proyek ini akan dibiayai oleh PLN. Sedangkan PLN sendiri dinlai Dedy tidak bisa menyediakan dana tersebut jika margin usahanya masih 7%. Dedy menjelaskan bahwa untuk memiliki kemampuan berhutang lagi, margin PLN minimal 9%
Berdasakan pembahasan dengan Wakil Presiden, Dedy bilang tambahan dana untuk proyek kabel bahwa laut ini disarankan diambil dari JICA lagi, karena bunganya hanya berkisar 1%-1,2%. Maka dari itu, untuk sementara opsi pembiayaan dari PLN ini akan dihilangkan. "Toh uangnya diperlukan untuk 2015 akhir atau 2016 awal" ujar Dedy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News