kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Program Telemedicine Jadi Fokus Ganjar-Mahfud, Apa Tantangannya di Indonesia?


Minggu, 12 November 2023 / 23:17 WIB
Program Telemedicine Jadi Fokus Ganjar-Mahfud, Apa Tantangannya di Indonesia?
ILUSTRASI. Bakal calon presiden Ganjar Pranowo (kanan) dan bakal calon wakil presiden Mahfud MD (kiri) berbincang saat pertemuan dengan pekerja kreatif di Jakarta, Senin (23/10/2023). Dalam pertemuan dengan pekerja kreatif yang terdiri dari musisi, sineas, budayawan dan komedian tersebut Ganjar Pranowo dan Mahfud MD diharapkan dapat menghidupkan kembali Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Tantangan Telemedicine di Indonesia khususnya di Daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal)

1. Ketersediaan Infrastruktur Teknologi

Daerah 3T sering mengalami kesulitan dalam hal infrastruktur teknologi yang memadai. Tantangan ini meliputi ketersediaan jaringan internet yang stabil dan cepat, yang merupakan prasyarat utama untuk telemedicine. Tanpa akses internet yang andal, penggunaan telemedicine menjadi terbatas.

2. Keterbatasan Alat dan Sumber Daya

Selain infrastruktur internet, ketersediaan alat dan sumber daya medis di daerah 3T juga menjadi masalah. Telemedicine membutuhkan peralatan tertentu seperti komputer atau smartphone yang mungkin tidak tersedia secara luas di daerah ini.

3. Literasi Digital dan Kesehatan

Masyarakat di daerah 3T mungkin menghadapi kendala literasi digital, yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, termasuk telemedicine. Selain itu, literasi kesehatan juga penting agar masyarakat bisa memahami dan mengikuti saran medis yang diberikan melalui telemedicine.

4. Kepercayaan Terhadap Telemedicine

Membangun kepercayaan terhadap layanan kesehatan digital bisa menjadi tantangan, terutama di daerah yang biasa menerima layanan kesehatan secara tatap muka. Mengubah persepsi ini membutuhkan waktu dan edukasi yang intensif.

Baca Juga: Begini Visi Misi Capres Terkait Pasar Modal Indonesia di Tahun 2024

5. Regulasi dan Kebijakan

Pengembangan regulasi dan kebijakan yang mendukung implementasi telemedicine di daerah 3T juga menjadi tantangan. Kebijakan harus dirancang untuk memastikan akses yang adil dan berkualitas, serta mempertimbangkan aspek privasi dan etika.

6. Pelatihan Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan di daerah 3T perlu dilatih untuk menggunakan teknologi telemedicine dengan efektif. Pelatihan ini tidak hanya tentang penggunaan teknologi tetapi juga mengenai cara memberikan konsultasi kesehatan yang efektif secara virtual.

7. Biaya Implementasi

Biaya untuk memulai dan memelihara sistem telemedicine bisa menjadi tantangan, terutama di daerah 3T yang mungkin memiliki keterbatasan dana.

Implementasi program telemedicine oleh Ganjar-Mahfud merupakan langkah penting dalam upaya memperluas akses layanan kesehatan ke seluruh penjuru Indonesia, termasuk daerah 3T.

Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, literasi digital, dan kebutuhan biaya, program ini menjanjikan peningkatan signifikan dalam kualitas dan ketersediaan perawatan kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×