kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Program Pemerintah untuk Menggenjot Produksi Pertanian Belum Optimal


Kamis, 14 September 2023 / 20:31 WIB
Program Pemerintah untuk Menggenjot Produksi Pertanian Belum Optimal
ILUSTRASI. Program pemerintah dalam menggenjot produksi pertanian dinilai belum optimal meningkatkan produksi pangan.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program pemerintah dalam menggenjot produksi pertanian dinilai belum optimal meningkatkan produksi pangan.

Diketahui, pemerintah terus berupaya menggenjot produksi pertanian sebagai mitigasi krisis pangan global. Beberapa program diantaranya seperti food estate, program petani milenial hingga gerakatan petani digital

Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian mengatakan beberapa program tersebut belum efektif meningkatkan produksi.

Hal ini terlihat dari data produksi pertanian tiga tahun terakhir relatif stagnan, bahkan turun jika dibandingkan dengan tahun 2018. Padahal tahun 2019-2022 itu, dianggap lebih kondusif untuk bertani.

"Jika program-program tersebut berhasil mungkin peningkatan produksi sudah terlihat ya, namun rupanya belum," kata Eliza pada Kontan.co.id, Kamis (14/9).

Baca Juga: Harga Beras Naik, Pedagang Keluhkan Pembelian Beras Turun

Menurutnya, program seperti food estate pada kenyataannya gagal karena tidak memenuhi aspek agroklimat dan ekonominya. Dampaknya, produksi yang diharapkan tidak terpenuhi.

Sementara, ketidak berhasilan juga terlihat pada program petani milenial karena pada dasarnya lahan yang digarap itu milik orang lain. Ia menilai kepemilikan lahan yang bukan milik petani langsung berdampak pada fluktuatifnya harga produk pertanian.

"Harga sewa lahan terus naik, belum lagi pemasarannya yang belum terintegrasi sehingga beberapa masih menjual ke pasar biasa yang harganya fluktuatif," jelasnya.

Kemudian, program petani melek digital juga sulit digapai sebagian besar petani. Sebab mayoritas petani didominasi oleh usia 40 tahun keatas. Sementara penetrasi internet di usia 40 tahun keatas itu relatif rendah.

Menurutnya, kunci efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian adalah peningkatan harga yang berkeadilan bagi petani.

Selain itu dukungan infrastruktur irigasi yang baik, distribusi teknologi mesin yang cocok untuk lahan sempit dan dukungan subsidi yang memadai.

Baca Juga: Stok di Pasar Induk Cipinang Menipis, Pedagang Minta Bulog Segera Salurkan Beras SPHP

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×