kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Presiden prihatin ideologi terorisme masuk ke dalam keluarga Indonesia


Jumat, 18 Mei 2018 / 18:23 WIB
Presiden prihatin ideologi terorisme masuk ke dalam keluarga Indonesia
Suasana buka puasa bersama Presiden Jokowi


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti keterlibatan anak dalam perlakukan terorisme yang terjadi beberapa waktu lalu. Hal itu ia sampaikan saat memberi sambutan pada acara buka puasa bersama para menteri kabinet kerja dan kepala lembaga di Istana Negara, Jumat (18/5).

"Dalam kesempatan ini saya ingin bercerita sedikit dengan terorisme, baik yang di Mako Brimob, di Surabaya, Sidoarjo dan Riau. Saya ingin bercerita betapa peristiwa kemarin tanpa kita sadari membawa anak-anak dalam peristiwa tersebut," ungkap Presiden.

Asal tahu saja, memang Presiden sempat mengunjungi langsung tempat kejadian ledakan bom di Surabaya pekan lalu. "Saya lihat sendiri, hancurnya tubuh dua orang anak pelaku bom, menurut saya anak juga adalah korban," kata Jokowi.

Anak itu adalah Pamela dan Fadilah yang berumur masih 12 dan 9 tahun. Tak hanya itu yang di Gereja di Surabaya juga ada korban anak lain yakni, Nathan dan Eva umurnya juga sama 8 dan 12 tahun.

Kemudian yang di Mapolrestabes Surabaya korban juga Aisyah umurnya juga 8 tahun, dan masih lagi yang di Sidoarjo korban anak yang masih dirawat Gafara masih 10 tahun, Faisal 11 tahun.

Menurut Presiden, anak-anak di umur segitu masih senang bermain di halaman rumah bersama teman-temannya dan para keluarga. "Yang ingin saya garis bawahi adalah, betapa kejam dan kejinya ideologi terorisme yang membawa anak-anak dalam kancah aksi-aksi mereka (para orang tua)," tegasnya.

Padahal, seharusnya keluarga sangat berperan penting dalam menerapkan nilai-nilai tertib kepada anak-anaknya. Tapi hal itu, jelas Jokowi, hilang semua karena para orang tua mengikuti ideologi terorisme.

"Saya hanya ingin mengingatkan, ini artinya ideologi yang terorisme ini telah masuk dalam sendi-sendi keluar kita, keluarga Indonesia. Ini perlu hati-hati," tutur Presiden.

Untuk itu, katanya, Pemerintah Pemerintah dan DPR RI berusaha sekuat tenaga untuk merampungkan UU Anti-terorisme. Adapun dalam hal ini, pemerintah juga dalam proses membentuk komando pasukan khusus gabungan dari Kopassus, Marinir, dan Paskas.

Hal ini dalam rangka beri rasa aman kepada rakyat. Tapi, dengan catatan hal itu dilakukan apabila situasinya sudah di luar kapasitas Polri. 

"Artinya, tindakan preventif lebih penting dibandingkan langkah represif, Langkah preventif paling baik adalah bagaimana kita semuanya membersihkan lembaga pendidikan dari TK, SD SMP SMA PT dan ruang publik di tempat umum dari ajaran ideologi yang sesat yaitu terorisme," tutup Presiden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×