Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah kemarau panjang atau El Nino, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kini memprediksi fenomena La Nina atau hujan ekstrem akan terjadi di semester dua tahun ini.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) Supari mengingatkan fenomena La Nina mungkin akan kembali berdampak pada sektor pangan dalam negeri khususnya pada komoditas hortikultura.
"Saat La Nina bagi tanaman padi mungkin bagi lebih baik, tapi bagi tanaman hortikultura sayur-sayuran, cabai, kentang itu curah hujan berlimpah bisa berdampak," jelas Supari dalam diskusi daring bertajuk Bahan Pokok Mahal: Pentingnya Kebrlanjutan Pangan di Tengah Krisis Iklim, Selasa (5/3).
Baca Juga: Bapanas: Minyak Goreng Ada Kenaikan Harga Tapi Masih Wajar
Meski begitu untuk saat ini BMKG masih belum dapat meprediksi bagaimana level dari La Nina pada tahun ini.
Lebih lanjut, Sapari menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir kondisi perubuhan iklim ekstrem memang menjadi tantangan di sektor pangan dalam negeri.
Bahkan pada tahun 2015 dan 2019 ada El-Nino kuat, kemudian selama 2020-2022 terjadi La Nina berturut-turut, berikutnya El-Nino pada tahun 2023 dan tahun ini di prediksi ada La Nina.
"Jadi kita dalam 10 tahun terakhir lebih sering menghadapi cuaca ekstrem dari pada kondisi normal," kata Supari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News