kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prabowo sentil Jokowi soal keputusan Mendag impor pangan jelang panen


Minggu, 17 Februari 2019 / 22:23 WIB
Prabowo sentil Jokowi soal keputusan Mendag impor pangan jelang panen


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Isu importase pangan akhirnya diangkat dalam perdebatan calon presiden. Prabowo mempertanyakan kinerja produksi pemerintah Jokowi ditengah impor pangan yang terus terjadi. Sedangkan Jokowi melihatnya sebagai startegi jangka pendek ditengah startegi jangka panjang pembangunan infrastruktur waduk air untuk pertanian.

Calon urut kedua Prabowo Subianto melontarkan pertanyaan mengenai kebijakan impor pangan dalam sesi pertanyaan bebas dari tiap calon. Menurutnya, impor pangan yang terjadi telah menekan petani tebu.

Tak hanya itu, Prabowo juga mempertanyakan kinerja Menteri Perdagangan yang mengubah regulasi importase tidak lagi memperhitungkan masa panen komoditas. "Mendag mungkin tidak lapor beliau baru baru saja ubah peraturan, tidak boleh impor 1 bulan sebelum panen. Ini sekarang berubah," kata Prabowo, Minggu (17/2).

Dalam hal ini, Jokowi menyampaikan bahwa pembangunan pertanian Indonesia tidak bisa dilakukan dengan mudah. Namun terkait impor, dalam catatannya pada tahun 2014 impor jagung Indonesia mencapai 3,5 juta ton dan pada tahun 2018 hanya 180.000 ton. Hal ini menurutnya menjadi bukti produktivitas petani dalam menghalau impor.

"Memang tidak bisa balikkan tangan setahun dua tahun, butuh waktu panjang," balas Jokowi.

Kemudian dalam hal beras, Jokowi sampaikan adanya surplus produksi tahun 2018 sebesar 3 juta ton yang berasal dari produksi 33 juta ton dan konsumsi di 29 juta ton.

Adanya impor menurutnya menjadi pencadangan stok dan harga.

Kemudian, dalam jangka panjang pementerintah Jokowi juga melakukan pembangunan waduk karena pengairan saat ini baru mencapai 11%.

"Dan dengan bangun 49 waduk itu baru suplai 2%, Kita harus terus bangun waduk agar semua provinsi punya peluang untuk naikkan produktivitas," katanya.

Dalam hal ini Prabowo mendebat bila benar terjadi surplus maka seharusnya tidak lakukan impor sama sekali. Hal tersebut menurutnya jadi bukti perbedaan falsafah ekonomi antar calon.

"Kenapa ngga devisa dihemat, digulirkan ke lahan ,kita bantu benih, pupuk," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×