kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PLN kerap tercekik rugi kurs


Rabu, 05 Juni 2013 / 21:53 WIB
PLN kerap tercekik rugi kurs
ILUSTRASI. Holidate, salah satu film Netflix terpopuler yang paling banyak ditonton tahun 2020.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Amal Ihsan

JAKARTA. Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengeluhkan laba PLN yang selama ini selalu terpotong oleh rugi kurs. Kondisi ini disebabkan sebagian besar utang PLN berasal dari pinjaman luar negeri.

Nur Pamudji mengungkapkan, kenaikan kurs dan ICP memiliki tingkat sensitivitas yang besar terhadap besaran subsidi listrik yang dibutuhkan PLN. Setiap kenaikan ICP 1 dolar akan menaikkan kebutuhan subsidi sebesar Rp 500 miliar. Jika kurs naik Rp 100, maka subsidi listrik yang dibutuhkan PLN naik Rp 1 triliun.

"Itu faktor eksternal PLN yang sangat berbahaya dan tidak bisa kita kendalikan," kata Nur ketika ditemui Kontan seusai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung DPR, Rabu, (5/6), 

Kondisi inilah yang menurut Nur sangat merugikan PLN selama ini. Sebab utang PLN kebanyakan dalam bentuk valuta asing, baik dolar ataupun yen. Jika kurs meningkat, jumlah rupiah yang harus dikeluarkan PLN untuk membeli valuta asing semakin besar.

Hal inilah, menurut Nur, dalam laporan keuangan disebut rugi kurs. Rugi kurs adalah kenaikan biaya pembelian valuta asing karena kurs tidak sama dengan ketika rencana keuangan disusun. "Jadi keuntungan PLN selalu kepotong rugi kurs. Makanya kita akan coba hutang dalam negeri. Tapi itu nanti saya kasih tahunya, mungkin minggu depan," kata Nur.

Komisi VII DPR RI untuk sementara menyetujui besaran subsidi listrik yang disebabkan sensitifitas Biaya Pokok Produksi (BPP) dan besar subsidi listrik dikaitkan dengan kenaikan ICP dan kurs. Dalam RAPBN Tahun Anggaran 2014, besar subsidi listrik yang akan diberikan sebesar Rp 81,97 triliun - Rp 91,10 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×