kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pilot Fokker 27 memiliki 3.000 jam terbang


Jumat, 22 Juni 2012 / 12:51 WIB
Pilot Fokker 27 memiliki 3.000 jam terbang
ILUSTRASI. Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/5/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.


Reporter: Dyah Megasari |

JAKARTA. Mayor Penerbang Heri Setiawan, pilot pesawat Fokker 27 yang jatuh dan menewaskan 11 orang, memiliki pengalaman yang cukup di dunia dirgantara. Hal tersebut diungkapkan, Mayor Rony Widodo, rekan kerja, sekaligus Staf Perencanaan Mabes TNI AU.

"Kurang lebih sudah tiga ribu jam terbang dia lakukan. Misi-misi dari Aceh hingga Papua telah dilakukan almarhum," ujarnya kepada wartawan usai upacara penghormatan terakhir di Skuadron Udara II, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (22/6).

Rony melanjutkan, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma memiliki 30 instruktur penerbang. Almarhum Hery Setiawan merupakan salah satu instruktur latih terbang Skuadron II TNI AU. "Tugas dia itu ya ngajarin terbang adik-adiknya," lanjutnya.

Almarhum lulus dari akademi Angkatan Udara tahun 1998 dan langsung masuk dalam Skadron II TNI AU. Karena memenuhi kualifikasi dalam sekolah instruktur, almarhum dipercaya menjadi instruktur latih terbang mulai tahun 2009. Ia pun kerap dipanggil menjadi pengajar di berbagai sekolah penerbangan di Indonesia.

Pada hari saat pesawat mengalami musibah, ia dan enam anggota tengah melakukan latihan terbang seperti hari biasanya. Latihan landing dan take off tersebut dinamakan provisiensi. "Proses latihan pagi itu sudah ada latihan. Mereka meluweskan kelancaran latih terbangnya saja," lanjutnya.

Pukul 14.10 WIB, pesawat yang dibeli dari Belanda tahun 1977 itu lepas landas. Tak sampai satu jam, pesawat tersebut jatuh menimpa delapan rumah di Kompleks Rajawali, Halim Perdanakusuma. Seluruh awak pesawat dan empat warga tewas akibat peristiwa tersebut.

Kini, jenazah almarhum sudah dibawa ke kampung halamannya Yogyakarta. Istri serta dua anak yang ditinggalkan turut mengantarkan jasad almarhum hingga ke liang lahat. (Fabian Januarius Kuwado | Heru Margianto/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×