Sumber: Antara | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
MEKKAH. Jamaah calon haji Indonesia meminta agar para petugas kesehatan lebih proaktif memantau kondisi jamaah terutama yang berisiko tinggi dan memberikan pelayanan lebih baik sehingga bisa menekan angka jamaah sakit atau meninggal di luar sarana kesehatan.
Hal itu disampaikan jamaah yang menginap di pemondokan nomor 801, Hotel Al Jawhara, di wilayah Jarwal, Mekkah, Minggu (13/09), ketika 12 Amirul Hajj mengunjungi penginapan terbesar itu.
"Masukan (jamaah) itu konstruktif dan bagus, bagaimana tim kesehatan bisa lebih proaktif memantau kondisi jamaahnya," ujar Ketua Amirul Hajj Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin usai meninjau pemondokan dengan kapasitas 21.600 orang itu.
Apalagi, lanjut dia, pemondokan yang besar tentu membutuhkan layanan kesehatan yang bisa menjangkau lebih banyak jamaah.
Tim kesehatan pada PPIH tahun ini, diakuinya telah membuat klinik satelit kloter (kelompok terbang) sebagai perantara bagi jamaah yang sakit sebelum dirujuk Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) yang ada di Mekkah.
Dengan adanya klinik kloter dan sektor diharapkan jamaah yang sakit bisa ditangani lebih awal. Namun layanan kesehatan memang harus diperluas mengingat tahun ini banyak sekali jamaah masuk kategori berisiko tinggi (Risti).
Sebelumnya Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Mekkah PPIH 1436H/2015 dr Thafsin Alfarizi mengakui tahun ini jamaah Risti lebih banyak dari perkiraannya, yaitu dari sekitar 88.000 orang menjadi di atas 100 ribu orang.
Menteri merasa puas
Lebih jauh Lukman Hakim Saifuddin sebagai Ketua Amirul Hajj, mengatakan sebagian besar jamaah di pemondokan yang terdiri dari lima menara itu merasa puas dengan kondisi kamar hotel dan kualitas katering.
"Mereka merasa nyaman, apalagi jarak dari sini ke Masjidil Haram bisa berjalan kaki," katanya.
Oleh karena itu, ia mengatakan akan menyewa kembali penginapan tersebut. "Mudah-mudahan kita bisa mempertahankan (sewa) tempat ini tahun depan," ujarnya.
Bangunan yang luas dengan daya tampung jamaah yang besar, kata dia, juga akan dijadikan model untuk pemondokan haji di Mekkah pada tahun depan guna menjaga kualitas layanan.
Pada kesempatan itu, juga diakuinya, jamaah meminta agar layanan katering di Mekkah ditambah seperti di Madinah, yaitu dua kali makan dan satu kali makanan ringan.
"Hampir sebagian besar jamaah minta katering di tambah tidak hanya sehari," kata Lukman Hakim Saifuddin.
Tahun ini untuk pertama kalinya pemerintah cq Kemenag (PPIH) memberikan layanan katering makan siang kepada jamaah di Mekkah selama 15 kali, dengan menu nasi dan dua lauk pauk, serta sayuran, buah-buahan, serta dua botol air minum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News