kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pertumbuhan utang luar negeri melambat


Selasa, 19 Juli 2016 / 20:45 WIB
Pertumbuhan utang luar negeri melambat


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia kian melambat. Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN Indonesia pada Mei 2016 tercatat sebesar US$ 314,3 miliar atau tumbuh 3,7% year on year (YoY). Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan April 2015 yang sebesar 6,3% YoY.

Posisi ULN Indonesia masih didominasi oleh ULN jangka panjang. BI mencatat, ULN jangka panjang Mei 2016 sebesar US$ 275,5 miliar, naik 6,0% YoY. Namun pertumbuhan tersebut juga melambat dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 8,3% YoY.

Sementara itu, ULN Indonesia jangka pendek per Mei 2016 tercatat sebesar US$ 38,8 miliar, turun 10,1% YoY. Penurunan tersebut lebih dalam dari penurunan April 2016 sebesar 6,2% YoY.

Berdasarkan kelompok peminjamnya, posisi ULN swasta tercatat sebesar US$ 163,6 miliar masih turun 3,5% YoY, bahkan penurunannya lebih dalam dibanding bulan sebelumnya yang hanya 1,2% YoY. Sementara, ULN sektor publik tumbuh 12,8% YoY menjadi US$ 150,7 miliar, atau melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh hingga 15,7% YoY.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya melihat profil ULN Indonesia cukup sehat. Menurut Perry, masih menurunnya ULN swasta lantaran pengusaha cenderung membayar kewajibannya lebih awal dan keputusan pengusaha tersebut dinilai cukup rasional.

Namun, lanjut Perry, kemampuan membayarnya masih terkendali karena rasio utang terhadap produk domestik bruto (debt to GDP ratio) dan rasio pembayaran utang (debt to service ratio) masih tergolong rendah.

"Kita tidak lihat ada sesuatu yang memerlukan perhatian atau kekhawatiran mengenai kondisi eksternal kita, baik terkait dengan posisinya, kemampuan membayar kembali, maupun ketahanan ekonomi kita dalam menghadapi beberapa gejolak," kata Perry Selasa (19/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×