Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto pada akhir kuartal pertama tahun ini mencapai 36,5%. Padahal pada kuartal sebelumnya rasio tersebut tercatat hanya 36%. Bahkan rasio pada kuartal pertama 2015 sebesar 33,53%.
Berdasarkan data BI, ULN sektor publik tercatat meningkat 14% year on year, lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang sebesar 10%. Sementara itu, ULN sektor swasta menurun 1%, setelah pada kuartal sebelumnya tumbuh 2,3% YoY, meski masih tetap mendominasi.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memandang, meski debt to GDP ratio meningkat, rasio utang luar negeri pemerintah masih dalam batas aman, yaitu sekitar 26%.
David mengatakan, pemerintah masih memiliki ruang untuk menambah jumlah ULN saat ini asalkan digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur sebagai penggerak ekonomi.
"Kalau di negara Eropa (rasionya) dibatasi 60%. Tapi Indonesia ke arah 40% tidak masalah selama digunakan secara sehat," kata David, Selasa (17/5).
Sementara itu, ULN swasta yang menurun menunjukkan minat pelaku usaha untuk mengambil utang tidak terlalu besar. Menurut David, hal tersebut karena kapasitas produksi mereka masih cukup untuk memenuhi permintaan yang masih melemah.
Ke depan, David berharap ULN swasta juga lebih terkonsentrasi ke sektor manufaktur. Dengan demikian, nantinya peran sektor tersebut terhadap eskpor Indonesia bisa lebih besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News