kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan transaksi online mulai mengkerut, ini pemicunya


Selasa, 10 November 2020 / 19:58 WIB
Pertumbuhan transaksi online mulai mengkerut, ini pemicunya
ILUSTRASI. Pertumbuhan transaksi online mulai mengkerut, ini pemicunya.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA Di era digitalisasi ini, masyarakat menunjukkan minat yang terus meningkat dalam belanja online lewat e-commcerce.

Bank Indonesia (BI) mencatat, total nilai transaksi 4 e-commerce besar di Indonesia pada bulan September 2020 sebesar Rp 22,05 triliun. Nilai ini meningkat 0,44% mom dari total nilai transaksi pada Agustus 2020 yang sebesar Rp 21,95 triliun.

Akan tetapi, bila dibandingkan dengan pertumbuhan secara bulanan pada Agustus 2020 yang sebesar 4,77% mom, pertumbuhan nilai transaksi pada bulan September 2020 tercatat menurun.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy melihat, perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan September 2020.

Baca Juga: Pemicu minat belanja online kian tinggi

Pertama, adanya pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah di awal bulan tersebut.

"Dengan mulai dilonggarkannya PSBB, banyak masyarakat yang kemudian mencoba untuk berbelanja secara offline," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Selasa (10/11).

Kedua, penurunan pertumbuhan ini juga bisa mengindikasikan kalau untuk sementara waktu masyarakat menahan diri untuk tidak berbelanja online sementara. Hal ini didorong oleh ekspektasi mereka akan promo atau diskon yang lebih besar pada bulan berikutnya.

Seperti contohnya, ada promo diskon besar-besaran yang dihelat oleh e-commerce bertajuk 10.10, 11.11, dan juga promo akhir tahun dengan momen natal dan tahun baru.

Dengan melihat pertumbuhan penjualan e-commerce yang terus hijau, Yusuf masih belum melihat potensi dimasukkannya data tersebut ke perhitungan pertumbuhan ekonomi domestik. Menurutnya, Badan Pusat Statistik (BPS) perlu data transaksi yang detil, juga meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak.

Selanjutnya: Peralatan olahraga, barang yang paling banyak dibeli secara online di September 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×