Reporter: Hans Henricus, Tedy Gumilar | Editor: Edy Can
JAKARTA. Pemerintah tampaknya makin percaya diri dalam menatap perekonomian tahun ini. Itu sebabnya, pemerintah berani memproyeksikan pertumbuhan industri di sepanjang triwulan II-2010 bisa mendekati 5%.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat optimistis, pertumbuhan industri selama kuartal kedua tahun ini bakal jauh di atas triwulan pertama yang hanya tumbuh sebesar 4,01%. "Penopangnya, sektor makanan dan minuman, lalu industri manufaktur yang sebelumnya tumbuh negatif sekarang mulai menggeliat," ujar Hidayat, akhir pekan lalu.
Hidayat pun berjanji, pemerintah akan terus menggenjot pertumbuhan industri tahun ini dengan berbagai cara. "Saat ini kan bukan era deindustrialisasi tapi reindustrialisasi," kata mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) itu.
Bukan karena investasi
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, proyeksi pertumbuhan industri yang bisa mendekati 5% pada triwulan kedua itu merupakan proyeksi yang konservatif dan pasti bisa diraih dengan mudah. Pasalnya, pertumbuhan itu didorong oleh permintaan dari dalam negeri, bukan karena ada perbaikan di sektor industri.
Pertumbuhan industri di triwulan kedua, Sofyan menjelaskan, lebih banyak ditunjang oleh industri makanan dan minuman. "Penduduk kita yang 230 juta orang lebih semuanya butuh makan. Jadi, wajar kalau industri makanan dan minuman tumbuh bagus," kata Sofjan kemarin.
Ke depan, pertumbuhannya akan lebih tinggi sebab sekitar dua pekan lagi kita akan memasuki bulan puasa. Bisa dipastikan, akan ada lonjakan permintaan sehingga pertumbuhan industri makanan dan minuman akan terus naik.
Namun, yang perlu menjadi catatan, pertumbuhan sektor makanan dan minuman lantaran tertolong konsumsi dalam negeri yang sangat besar. Bukan karena fundamental industrinya memang lebih baik ketimbang sektor lain. "Industri makanan dan minuman tumbuh bukan karena adanya investasi baru, tapi permintaan domestik yang tinggi," tandas Sofjan
Realisasi pertumbuhan industri di kuartal kedua bisa saja lebih tinggi, jika ada investasi baru yang masuk ke sektor industri lain seperti manufaktur. Tetapi kenyataannya, tahun ini hampir tidak ada investasi baru. "Kalaupun ada, sifatnya lebih ke tambahan investasi seperti di sepeda motor. Tapi, itu pun sudah dirintis sejak tiga empat tahun lalu," ujar Sofjan.
Investasi yang masuk saat ini, Sofjan menambahkan, lebih banyak masuk ke sektor perkebunan kelapa sawit atau pertambangan yang tak ada nilai tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News