Reporter: Agus Triyono |
JAKARTA. Pemerintah berharap tingkat pertumbuhan ekspor bisa terus digenjot sampai di level 10% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Harapan ini disampaikan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Armida Alisjahbana terkait makin beratnya daya dukung yang dimiliki oleh pemerintah saat ini untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi sebagai akibat berkurangnya daya dukung empat komponen pertumbuhan ekonomi saat ini.
Dari awalnya yang terdiri dari ekspor, investasi, konsumsi domestik, dan percepatan penyerapan anggaran pemerintah, menjadi tinggal hanya konsumsi domestik dan investasi saja.
Selain itu harapan tersebut juga dikemukakan oleh Armida terkait semakin melemahnya kinerja ekspor dalam kurun waktu dua bulan belakangan ini.
Dari data BPS yang diumumkan beberapa waktu lalu, nilai ekspor Mei 2012 kemarin mencatat penurunan hingga 8,55% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 lalu. Dari yang Mei tahun 2011 lalu mencapai US$ 18,33 miliar menjadi US$ 16,72 miliar pada Mei 2012 ini.
Menurut Armida, dengan kondisi tersebut akan sangat sulit bagi pemerintah untuk terus memacu pertumbuhan ekonomi sampai di level 7%.
Amalia Adininggar Widyasanti, Direktur Perdagangan, Investasi dan Kerja sama Ekonomi Internasional, menilai, untuk bisa meraih target pertumbuhan ekspor sebesar 10% dari PDB, pemerintah tidak akan lagi mendorong ekspor komoditas minyak dan gas.
"Ini harus dilakukan karena akibat krisis sekarang ini, komposisi pertumbuhan non migas sangat kecil hanya 0,04% sementara minyak dan gas mencapai 7,4 %,” ungkapnya.
Ahmad Erani Yustika, Ekonom INDEF mengatakan, meskipun agak sedikit berat karena situasi ekonomi global ini memang belum cukup stabil, kisaran pertumbuhan ekspor 8%-10% adalah angka yang masih cukup realistis bagi pemerintah. Kerealistisan ini antara lain bisa dilihat dari pertumbuhan ekspor yang terjadi sebelum krisis Eropa yang besarannya selalu berada di atas 10%.
Namun, untuk mencapai angka tersebut kata Erani, pemerintah harus mengambil beberapa kebijakan. Di antaranya: segera mencari peluang di pasar ekspor baru, mengurangi pajak ekspor dan juga menambah daya saing produk ekspor.
"Kalaupun itu berhasil dilakukan pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai itu hanya berkisar 6,1%-6,5% saja, belum sampai 7%," kata Erani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News