Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV dikhawatirkan mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal terakhir tahun ini diperkirakan melambat secara moderat di level 5,3% secara tahunan atau year on year (yoy).
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2022 menurun dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal III yang sebesar 5,72 %.
Sementara pada keseluruhan tahun 2022 diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,1%.
Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto mengatakan, kemungkinan menurunnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV karena low base effect tinggal tersisa sedikit di kuartal IV 2022, sehingga tidak mudah mencapai pertumbuhan di atas kuartal III 2022.
Baca Juga: Sri Mulyani Khawatir Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat di Kuartal IV 2022
“Peningkatan inflasi serta suku bunga acuan Bank Indonesia juga akan berdampak pada kenaikan cicilan rumah, kendaraan dan pinjaman lainnya sehingga akan mengurangi disposable income rumah tangga,” tutur Eko kepada Kontan.co.id, Rabu (9/11).
Selain itu, menurutnya risiko dari geopolitik Rusia dan Ukraina masih tinggi dan pertumbuhan banyak negara partner dagang Indonesia menurun, sehingga perusahaan akan berpikir ulang untuk investasi khususnya pada sektor manufaktur yang berorientasi ekspor.
Untuk itu, peran APBN menjadi shock absorber dalam mempertahankan stabilitas dan pemulihan percepatan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi harus dioptimalkan.
Khususnya realisasi alokasi anggaran Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC PEN) untuk kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi di kuartal IV.
Baca Juga: Mendag: Ekspor Naik 21,64% Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III 2022
“Penyerapan anggaran tersebut perlu ditingkatkan mencapai 100% dengan akurasi sasaran yang membaik khususnya bansos dan perlindungan sosial terhadap masyarakat ekonomi lemah yang alami tekanan inflasi,” kata Eko.
Kemudian, pemerintah juga perlu segera mempercepat belanja modal dan belanja barang yang hingga Oktober 2022 masing-masing baru mencapai 66,44% dan 66,83%.
Menurutnya perlu ada terobosan memanfaatkan waktu yang sempit dengan memanfaatkan beragam momentum hingga akhir tahun 2022.
Ia mencatat kontribusi konsumsi rumah tangga masih paling tinggi terhadap PDB nasional, selain Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan ekspor dengan proporsi 50.38% yang menunjukkan bahwa pertumbuhan masih sangat bergantung pada daya beli masyarakat.
Baca Juga: Pernah Dinilai Kuno, Digitalisasi Perbankan Syariah Mulai Bertaji
“Sehingga pemerintah di kuartal IV perlu menjaga konsumsi masyarakat baik masyarakat menengah-bawah maupun menengah-atas,” jelasnya.
Ia juga menghimbau agar bantuan dan perlindungan sosial yang diberikan ke depannya harus tepat sasaran. Hal tersebut menjadi salah satu pendorong dalam mempertahankan daya beli masyarakat menengah ke bawah.
Data dari survei registrasi sosial ekonomi (Regsosek) perlu segera digunakan untuk penyaluran bansos dan perlinsos.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News