kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Kurang dari 5% pada Akhir 2024


Minggu, 03 November 2024 / 17:35 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Kurang dari 5% pada Akhir 2024
ILUSTRASI. Lanskap kota Jakarta dilihat dari pusat belanja Thamrin City, Senin (14/10/2024). Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya ada di kisaran 5% atau bahkan kurang dari 5% hingga akhir tahun 2024.


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya ada di kisaran 5% atau bahkan kurang dari 5% hingga akhir tahun 2024. 

Ekonom dari Bright Institute Awalil Rizky mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2024 diperkirakan sekitar 4,90%  Sedangkan untuk kuartal IV, berada pada level sekitar 5,0%  

"Dengan demikian, secara tahunan selama tahun 2024 akan di kisaran 5,0% atau sedikit di bawahnya," ungkap Awalil kepada Kontan, Jumat (1/11). 

Menurut Awalil pemerintah hanya bisa memperbaiki pertumbuhan ekonomi di triwulan IV, Berdasar asesmen atas dinamika yang sedang berlangsung, dari sisi produksi atau lapangan usaha, tidak ada indikasi yang luar biasa dari berbagai sektor. Tetapi ada sektor-sektor yang masih mampu tumbuh tinggi, seperti sektor kontruksi, sektor transformasi dan pergudangan, sektor akomodasi makan dan minum, dan jasa lainnya.

Sektor pertanian hanya akan tumbuh rendah. Sektor industri pengolahan hanya akan tumbuh biasa, meski sudah terbantu oleh hilirisasi namun terdapat subsektor industri yang makin melambat (seperti tekstil). Pertambangan pun kembali pada pertumbuhan yang tidak tinggi, meski tidak terlampau rendah seperti beberapa tahun lalu.

Baca Juga: Daya Beli Lesu, Airlangga Dorong Perpanjangan Insentif PPN DTP Perumahan di 2025

Jika di lihat dari sisi pengeluaran atau permintaan agregat, dua komponen penyumbang utamanya hanya akan stagnan. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terindikasi hanya tumbuh wajar, tanpa ada kejutan lonjakan. Sedangkan konsumsi rumah tangga pun hampir bisa dipastikan akan tertahan.   

"Jika selama satu triwulan terakhir mau didorong pertumbuhan yang lebih tinggi, sekurangnya lebih dari 5,0% (misal mencapai 5,1%), maka perlu ada tambahan dari kegiatan pemerintah, oleh karena pemerintahan baru, kecil kemungkinan perannya berupa investasi atau tambahan PMTB," ujarnya. 

Awalil mengatakan yang bisa dilakukan adalah mendorong konsumsi pemerintah, dari realisasi APBN 2024 yang tersisa untuk diserap optimal. Bisa pula dana yang masih tersedia, misal dari jenis belanja lain-lain, diarahkan untuk mendorong konsumsi masyarakat. Antara lain dengan alokasi bansos atau perlindungan sosial.

Akan tetapi jika pemerintah terlampau memaksakan belanja, maka defisit bisa melampaui outlook APBN 2024. 

"Pada giliran berikutnya akan membutuhkan tambahan utang, dan menambah beban fiskal tahun-tahun kemudian, jelasnya.  

Baca Juga: Kebut Hilirisasi, Pemerintah Targetkan 147 Smelter Beroperasi

Selanjutnya: Pemangkasan Suku Bunga The Fed Buka Peluang BI Turunkan BI Rate

Menarik Dibaca: Hujan Petir Guyur Wilayah Ini, Cek Prakiraan Cuaca Besok (4/11) di Jawa Barat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×