kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 diprediksi turun 4,9%-5,1%, ini penyebabnya


Rabu, 20 November 2019 / 17:07 WIB
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 diprediksi turun 4,9%-5,1%, ini penyebabnya


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan kembali turun. Hal ini salah satunya disebabkan oleh faktor eksternal.

Menurut Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal, potensi pertumbuhan ekonomi pada 2020 hanya ada di kisaran 4,9% - 5,1%. Bahkan, pertumbuhan ekonomi ini diramalkan akan lebih rendah dibandingkan capaian 2019.

Baca Juga: Bank Danamon (BDMN) hanya pasang target kredit single digit di 2020, ini penyebabnya

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memang masih menjadi penekan utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi eksternal. Ketegangan dagang antara dua negara ini diperkirakan masih akan berlanjut bila Presiden AS Donald Trump masih memimpin.

Selain itu, ketidakpastian perdagangan dunia justru meningkat tajam sejalan dengan semakin meluasnya perang dagang dan proteksi yang dilakukan negara-negara maju dan berkembang. Bahkan, ada juga ancaman resesi yang dialami oleh negara-negara besar, terutama partner dagang Indonesia.

Selanjutnya, masih adanya perubahan arah kerjasama dagang global. Ini lagi-lagi disebabkan oleh kebijakan kontroversial Donald Trump yang menyebabkan proses liberalisasi perdagangan yang sudah berlangsung lama mulai berbalik arah.

Baca Juga: Bursa Asia memerah dipicu ketidakpastian perundingan dagang dan koreksi harga minyak

"Kebijakan Trump yang meningkatkan hambatan perdagangan secara frontal kemudian diikuti dan menjadi model sejumlah negara," ujar Faisal pada Rabu (20/11) di Jakarta.

Setelah Amerika Serikat menarik diri dari Trans-Pacific Partnership (TPP) dan Inggris keluar dari Uni Eropa, India pun akhirnya menarik diri dari Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Baca Juga: LPS pangkas bunga penjaminan menjadi 6,25%, berikut pertimbangannya

Ini pun yang akhirnya dilihat masih akan berlangsung di 2020 dan bahkan masih ada kemungkinan untuk mengalami lonjakan tajam pada tahun 2020.

Setelah arah perubahan dagang, kondisi ketidakpastian masih terlihat dalam eskalasi politik di Timur Tengah. Dinamika ini yang bisa menyebabkan volatilitas minyak mentah dunia yang juga menjadi latar belakang bagi perekonomian Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×