Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Institute For Development Economic and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada keseluruhan tahun 2008 hanya akan berkisar pada angka 5,85%. Melemahnya pertumbuhan ekonomi pada paruh ke-2 2008 dibanding paruh pertama 2008 menjadi penyebab turunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan pemerintah di angka 6,0%.
Melemahnya pertumbuhan ekonomi pada semester ke-2 disebabkan karena semakin terasanya kenaikan harga minyak dunia, tingginya inflasi, hingga suku bunga yang dinilai tidak responsif terhadap sektor riil.
"Pelemahan ini terlihat dari kenaikan BBM bersubsidi yang semakin menggerus daya beli masyarakat, menurunnya cadangan devisa, dan menurunnya kegiatan investasi dalam negeri," kata ekonom Indef M Ikhsan Mojo di Jakarta, Kamis (10/7).
Namun prediksi Indef tersebut, dibantah oleh Direktur Perencanaan Makro Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Prijambodo. Pemerintah menurut Bambang masih optimis sampai akhir tahun 2008 pertumbuhan ekonomi dipercaya akan mencapai 6,0% seperti target pemerintah.
"Perkembangan sampai bulan Mei 2008, pertumbuhan ekonomi 6,0% akan tercapai. Pertumbuhan ini disokong oleh realisasi nilai investasi dan ekspor yang terus meningkat," kata Bambang.
Bambang memperlihatkan, dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan bahwa realisasi investasi dalam 5 bulan pertama 2008 baik itu PMA maupun PMDN meningkat 80% dibanding 5 bulan pertama 2007. Selain dorongan investasi, pertumbuhan kredit juga cukup baik.
Dalam Mei 2008, penyaluran dana oleh perbankan mencapai Rp 1.089,3 triliun atau meningkat 33,1% disbanding Mei 2007 (YoY). Padahal pertumbuhan kredit pada April 2008 terhadap April 2007 hanya sebesar 30,7%. "Itu menunjukkan kepercayaan sector swasta masih baik, dari sisi investasi juga baik," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News