CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.889   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.190   -24,22   -0,34%
  • KOMPAS100 1.099   -3,81   -0,35%
  • LQ45 875   -0,78   -0,09%
  • ISSI 217   -1,36   -0,62%
  • IDX30 448   -0,17   -0,04%
  • IDXHIDIV20 541   1,12   0,21%
  • IDX80 126   -0,45   -0,35%
  • IDXV30 136   0,30   0,22%
  • IDXQ30 149   0,04   0,03%

Perry: Kebijakan non-moneter akan jadi arah BI ke depan


Rabu, 28 Maret 2018 / 17:43 WIB
Perry: Kebijakan non-moneter akan jadi arah BI ke depan
ILUSTRASI. Uji Kelayakan Perry Warjiyo


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Calon Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo hari ini, Rabu (28/3) menghadiri fit and proper test dengan Komisi XI DPR RI di ruang rapat Komisi XI.

Dalam fit and proper test ini, Perry menyatakan bahwa ke depannya BI akan pro-stabilitas dan pro-pertumbuhan. Menurut Perry, untuk menjalankan keduanya, BI tidak hanya bisa menggunakan satu instrumen saja, yakni suku bunga.

“Kami sudah kembangkan bauran kebijakan sejak 2010. Itu jadi guidance untuk BI. Terobosan-terobosan di kebijakan non-moneter akan jadi arah BI ke depan. Itu kenapa SDM kami harus mendukung seperti itu,” kata Perry di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu (28/3). 

Menurut Perry, di bawah kepemimpinannya nanti, kabijakan-kebijakan non-moneter ini bakal mendorong langkah BI yang pro-pertumbuhan. Misalnya, masalah relaksasi kebijakan makroprudensial untuk mendorong pembiayaan perbankan tidak hanya kredit tetapi melalui obligasi korporasi. Lalu bagaimana mendorong kredit pada pembiayaan properti.

“Demikian juga bagaimana mendorong UMKM dengan relaksasi kebijakan makroprudensial,” katanya.

Selain itu, kebijakan yang bisa propertumbuhan adalah pendalaman pasar keuangan untuk dorong pembangunan infrastruktur. Sebab, menurut Perry hal ini harus dipercepat karena akan memajukan pertumbuhan ekonomi di saat ruang fiskal sempit dan BUMN memiliki keterbatasan

“Jadi melalui skema PPP dan sekuritas perlu ditingkatkan. Kami melakui forum koordinasi pendalaman pasar keuangan terus bekerja untuk ini,” ujar dia.

Ia melanjutkan, di sistem pembayaran juga banyak yang bisa fasilitasi pro-pertumbuhan. Yang menjadi agenda utama, menurut Perry adalah pengembangan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).

“Selain GPN, elektronifikasi bansos dan lain-lain juga dilakukan, serta kami juga mendorong fintech,” ucapnya.

Perry menilai, saat ini ekonomi Indonesia sedang bergerak naik, tetapi pelan. Menurut dia, hubungan antara siklus ekonomi dengan dan keuangan dalam hal ini penting dilihat.

“Siklus keuangan umumnya akan lebih tinggi saat boom dan sebaliknya. Sekarang kenapa ekonomi tidak terlalu naik, umumnya karena properti leading di siklus ekonomi. Kedua, kreditnya terlalu rendah. Ini sebagai alasan kenapa kami ingin relaksasi kebijakan agar siklus keuangannya cepat, sulit kita naikan ekonomi dengan kredit perbankan,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×