kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.383.000   -4.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.702   47,00   0,28%
  • IDX 8.509   -37,16   -0,43%
  • KOMPAS100 1.173   -6,40   -0,54%
  • LQ45 846   -6,27   -0,74%
  • ISSI 301   -0,86   -0,28%
  • IDX30 436   -3,82   -0,87%
  • IDXHIDIV20 504   -3,85   -0,76%
  • IDX80 132   -0,78   -0,59%
  • IDXV30 138   0,50   0,36%
  • IDXQ30 139   -1,24   -0,89%

Permintaan Kredit Lesu, Pelonggaran Likuiditas BI Dinilai Tak Banyak Gerakkan Ekonomi


Jumat, 28 November 2025 / 15:47 WIB
Permintaan Kredit Lesu, Pelonggaran Likuiditas BI Dinilai Tak Banyak Gerakkan Ekonomi
ILUSTRASI. Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis.(25/7/2024). Permintaan Kredit Lesu, Pelonggaran Likuiditas BI Dinilai Tak Banyak Gerakkan Ekonomi.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Upaya pemerintah mendorong Bank Indonesia (BI) untuk mengurangi penyerapan likuiditas perbankan sekitar Rp 1.000 triliun dinilai belum tentu mampu mempercepat pemulihan ekonomi. 

Pasalnya, kondisi permintaan kredit di perbankan masih lemah sehingga tambahan likuiditas belum tentu tersalurkan ke sektor riil.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai kebijakan moneter saat ini masih terlalu ketat dan belum mendukung penuh stimulus fiskal pemerintah. Ia menyebut pertumbuhan uang primer (M0) bahkan sempat berada di level negatif, sehingga ruang gerak ekonomi menjadi terbatas.

Baca Juga: Kalender Ekonomi Hari Ini (29 Juli 2025), Tak Banyak Agenda Ekonomi Penting Forex

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menegaskan bahwa pengurangan operasi moneter BI tidak otomatis memacu aktivitas ekonomi. 

Menurutnya, meski penghentian operasi moneter dapat menurunkan suku bunga dan menambah likuiditas, hal itu tidak cukup mendorong pemulihan selama permintaan kredit stagnan.

“Hal tersebut belum tentu efektif menggerakkan ekonomi karena permintaan kredit stagnan. Undisbursed loan (kredit menganggur) justru naik mendekati 30% pada Oktober,” ujar David kepada Kontan, Jumat (28/11/2025).

David menjelaskan bahwa operasi moneter BI sebenarnya sudah mulai menurun sejak pertengahan November seiring berkurangnya penempatan dana bank pada instrumen term deposit BI. 

Baca Juga: Syarat Mendapatkan Kredit Kian Longgar, Kredit Konsumsi Bisa Tumbuh Besar

Namun, BI tetap membutuhkan operasi pasar terbuka untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, terutama di tengah meningkatnya volatilitas menjelang keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat terkait arah suku bunga The Fed.

“Pengurangan penerbitan SRBI bisa berdampak negatif bagi stabilitas rupiah, apalagi ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed masih sangat volatile,” katanya.

Meski berbeda pendapat dengan pemerintah mengenai skala pelonggaran likuiditas, David menilai BI sudah menjalankan sejumlah kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi, seperti pemberian insentif Giro Wajib Minimum (GWM) dan pelonggaran aturan makroprudensial. 

Ia juga menyebut insentif untuk mempercepat transmisi kebijakan moneter telah diberikan sehingga mampu menambah dorongan bagi perekonomian.

Baca Juga: Clipan Finance Sebut Penurunan BI Rate Tak Langsung Berdampak ke Bunga Kredit

David mengingatkan bahwa koordinasi kebijakan fiskal dan moneter harus berjalan seimbang. Pelonggaran likuiditas dalam skala besar di tengah ketidakpastian global, menurutnya, harus ditempuh dengan hati-hati agar tidak menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar maupun arus modal.

Selanjutnya: 7 Jajanan Khas Bandung yang Terkenal dan Wajib dicoba Tahun 2025

Menarik Dibaca: Promo JSM Alfamidi 27-30 November 2025, So Good Chicken Wings Beli 2 Gratis 1

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×