Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada wacana normalisasi stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federeal Reserve (The Fed), dan ini dikhawatirkan memengaruhi kondisi beban bunga utang pemerintah ke depannya.
Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, dengan adanya bayangan tapering off tersebut, maka akan ada risiko keluarnya asing dari pasar keuangan domestik.
Keluarnya asing dari pasar keuangan domestik juga akan menimbulkan risiko pelemahan nilai tukar rupiah. Ini yang nantinya bisa memengaruhi beban bunga utang untuk bisa meningkat.
“Beban bunga utang banyak variable yang bergerak. Salah satunya dari kurs, karena kalau kurs melemah, maka beban bunga utang kita naik karena sedikit banyak kita dari valuta asing,” ujar David kepada Kontan.co.id, Minggu (27/6).
Baca Juga: Penguatan IHSG Dibayangi Kenaikan Kasus Covid-19 Harian
Selain itu, risiko keluarnya asing juga pasti akan mengganggu pasar Surat Berharga Negara (SBN). Karena, porsi kepemilikan asing ke SBN juga cukup banyak, sehingga ini bisa mengganggu.
David kemudian mengingatkan, peran pemerintah sangat penting di sini untuk mengurangi kemungkinan membengkaknya bunga utang ke depan. Pemerintah bisa melakukan dua hal, pertama, melakukan efisiensi belanja dan kedua menggenjot penerimaan.
Terperinci, dalam hal efisiensi belanja, pemerintah harus bisa mengurangi belanja yang kurang produktif. Belanja yang saat ini dilakukan harus bisa menggerakkan ekonomi, memberi multiplier effect.
Plus, pemerintah juga perlu melakukan belanja yang efektif dalam memberantas Covid-19 karena memang saat ini masalah Indonesia datang dari Covid-19 yang menggoncang baik kesehatan, sosial, maupun ekonomi.
Baca Juga: Prospek Reksadana Dollar AS Dibayangi Rencana Tapering