Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Indonesia menyambut gembira kenaikan peringkat surat utang Indonesia dari BB+ menjadi BB- yang diberikan lembaga pemeringkat Standard and Poors (S&P). Dengan kenaikan ini, rating surat utang Indonesia lengkap sudah.
Sebelum S&P, lembaga pemeringkat lain seperti Fitch, Moodys, serta Japan Credit rating Agency (JCR) sudah mencap layak investasi bagi surat utang Indonesia. Meski demikan Menteri Keuangan Sri Mulyani bilang, ke depan, pemerintah akan terus berusaha menjaga cap investment grade berlanjut hingga periode mendatang.
Target Ani, tahun depan, outlook S&P bisa kembali naik dari stable menjadi positive. "Ini akan memacu kami untuk bekerja lebih keras lagi," kata Ani akhir pekan lalu.
Terkait hal ini, empat lembaga rating lain, yaitu Fitch, Moody's, JCR, dan Rating and Investment Information Inc (R&I) sudah menaruh Indonesia di investment grade dengan outlook positive. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara mengatakan bahwa untuk mendapatkan outlook positive tersebut juga dari S&P, Indonesia perlu tetap mengupayakan agar arah dan kinerja ekonomi terus membaik.
Untuk mencapai tujuan itu, Suahasil bilang, beragam reformasi terus dilakukan oleh pihak mereka. Bila semua reformasi itu bisa dilakukan seluruhnya, maka potensi ekonomi Indonesia juga akan meningkat.
“Sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan reformasi sektor riil juga terus diperkuat. Di kebijakan fiskal, terus kita upayakan APBN yang efisien, produktif, dan kredibel, agar memperkuat confidence,” katanya kepada KONTAN, Minggu (21/5)
“Kami lakukan terus reformasi-reformasi ini. Kalau konsisten, nanti sendirinya akan di-recognize oleh Internasional,” lanjutnya.
Di sisi lain, ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani, mengingatkan, bila rating S&P tidak diikuti dengan kesiapan proyek infrastruktur, maka investasi hanya akan masuk di sektor keuangan dan pasar modal yang tidak secara langsung tidak dirasakan masyarakat.
Oleh karena itu kualitas dan kecepatan belanja APBN dan APBD harus lebih baik. “Ini juga membantu pemanfaatan hasil rating yang naik. Yang biasanya menarik investor adalah obligasi pemerintah,” jelasnnya.
Senada, ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, pemerintah harus tetap fokus ke reformasi fiskal yang mendukung pembangunan infrastruktur baik hard maupun soft. Menurut dia, pemerintah boleh saja ambisius terhadap target pertumbuhan, tetapi jangan mengorbankan kestabilan fiskal dan perekonomian secara umum.
“Hal-hal seperti perbaikan kualitas institusi dan pemberantasan korupsi juga penting diperhatikan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News