kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.174.000   10.000   0,46%
  • USD/IDR 16.725   32,00   0,19%
  • IDX 8.127   1,36   0,02%
  • KOMPAS100 1.130   -0,26   -0,02%
  • LQ45 809   -1,81   -0,22%
  • ISSI 283   0,94   0,33%
  • IDX30 425   -0,23   -0,05%
  • IDXHIDIV20 486   -3,35   -0,69%
  • IDX80 124   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 133   -0,20   -0,15%
  • IDXQ30 134   -0,98   -0,73%

Perlindungan Industri Padat Karya Dinilai Penting untuk Jaga Pertumbuhan Ekonomi


Rabu, 24 September 2025 / 18:15 WIB
Perlindungan Industri Padat Karya Dinilai Penting untuk Jaga Pertumbuhan Ekonomi
ILUSTRASI. Para buruh pelinting rokok antri melinting tembakau menggunakan alat linting manual di pabrik rokok Jambu Bold; Perusahaan Rakyat (PR) Rajan Nabadi di Kudus; Jawa Tengah (17/12/2024). Keberlangsungan industri padat karya mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.


Reporter: TribunNews | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR), Badri Munir Sukoco menegaskan pentingnya perlindungan terhadap sektor padat karya. 

Menurutnya, keberlangsungan industri ini akan mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

Badri merujuk pada hasil studi UNAIR tahun 2022 mengenai dampak keberadaan sigaret kretek tangan (SKT). Hasil riset menunjukkan, sebanyak 76,9% warga di sekitar pabrik SKT merasakan manfaat langsung, mulai dari terbukanya lapangan kerja hingga peningkatan pendapatan. 

Selain itu, aktivitas ekonomi yang tercipta turut menggerakkan 94,7% usaha lokal, seperti warung makanan, transportasi, hingga toko kelontong.

Baca Juga: Ada Sinyal Perlambatan PMI Manufaktur, Nasib Industri Padat Karya Kian Terancam

“Efek berganda dari pabrik SKT mencapai 3,8 kali lipat. Setiap Rp 1.000 yang dihasilkan mampu menciptakan perputaran ekonomi Rp 3.800 di masyarakat,” kata  Badri dalam diskusi Dampak Ekonomi dan Sosial Industri Padat Karya di Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (23/9/2025).

Ia menambahkan, industri hasil tembakau (IHT) berkontribusi signifikan terhadap penerimaan negara. Lebih dari 90% penerimaan cukai berasal dari cukai hasil tembakau (CHT), yang menyumbang sekitar 10% dari total penerimaan negara.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, terdapat 1.352 unit IHT di provinsi tersebut. Industri ini menyerap 387.000 tenaga kerja di sektor hulu dan 90.000 tenaga kerja di sektor hilir.

Ia juga menyinggung pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang menyebut beban cukai 57% seperti “Firaun” karena terlalu tinggi. Ia berharap pemerintah dapat mengkaji ulang kebijakan tersebut agar tidak semakin membebani sektor padat karya.

Baca Juga: Bea Masuk 32% Untuk Ekspor Indonesia ke AS, Analis: Petaka Bagi Industri Padat Karya

“Menteri Keuangan sudah memberi pernyataan, apakah IHT mau dibiarkan mati pelan-pelan atau tidak? Karena 57% beban cukai itu sudah seperti Firaun dan perlu dikaji ulang,” ujarnya.

Ketua Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman – Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM SPSI) Jawa Timur, Purnomo, juga menekankan perlunya kebijakan yang berpihak pada pekerja.

“Kalau naik terus bagaimana nasib buruh? Cukai dan pajak sudah terlalu tinggi. Pemerintah perlu menyusun kebijakan yang melindungi sawah ladang para buruh dan masyarakat kecil, apalagi tingkat pengangguran di Indonesia juga tinggi,” ucap Purnomo.

Baca Juga: Aturan Direvisi, Diskon 50% Iuran JKK untuk Industri Padat Karya Hingga Januari 2026

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Bojonegoro, Kusnandaka Tjatur Prasetija, mengingatkan pentingnya menjaga keberlanjutan IHT. 

Bojonegoro merupakan salah satu sentra tembakau di Jawa Timur dengan 37 pabrik yang menyerap sekitar 17.000 tenaga kerja, menggerakkan UMKM, serta menyumbang pendapatan daerah melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).

“Namun dengan bertambahnya beban cukai dan pajak, dampaknya terlihat dari menurunnya produksi tembakau di Bojonegoro,” kata Kusnandaka.


Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cukai Tinggi Dinilai Bisa Ancam Ekonomi Lokal di Sentra Tembakau Jawa Timur, https://www.tribunnews.com/bisnis/7732639/cukai-tinggi-dinilai-bisa-ancam-ekonomi-lokal-di-sentra-tembakau-jawa-timur?page=all.

Selanjutnya: Cak Imin Buka Suara Soal Banyaknya Kasus Keracunan Menu MBG

Menarik Dibaca: Apa itu Quiet Covering dalam Dunia Kerja? Sering Dilakukan Gen Z

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×