Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks manufaktur global atau The JP Morgan Global Manufacturing PMI kembali mencatat penurunan. Perlambatan kinerja sektor manufaktur global tersebut pun diprediksi bakal semakin menekan bank-bank sentral dunia dalam menentukan kebijakan moneternya di tengah ketidakpastian perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang masih besar.
Desember 2018, JP Morgan mencatat indeks manufaktur global berada pada level 51,5 atau turun dari posisi indeks sebelumnya yaitu 52,0 pada November 2018. Level tersebut merupakan level indeks manufaktur global terendah sejak September 2016. Ketegangan perang dagang yang berlangsung sepanjang 2018 menjadi faktor pemicu utama perlambatan kinerja manufaktur di seluruh dunia.
Perlambatan kinerja sektor manufaktur global ini pun makin memperkuat perkiraan investor bahwa The Fed berpotensi menghentikan kenaikan suku bunga acuannya di tahun 2019. Sebelumnya, The Fed telah mengurangi proyeksi kenaikan suku bunga menjadi hanya dua kali tahun ini.
Bank sentral China, Rabu (2/1), juga mengatakan akan menyesuaikan perhitungan rasio cadangan di sejumlah banknya. Melansir Bloomberg, Kamis (3/1), rencana penyesuaian tersebut dilakukan dalam rangka mendorong kebijakan pelonggaran yang diambil bank sentral China di tengah prospek perlambatan ekonomi global.
Senada, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi mengidentifikasi proteksionisme sebagai risiko utama perekonomian kawasan Uni Eropa di tahun 2019, di samping risiko kerentanan negara berkembang dan volatilitas pasar. Kinerja sektor manufaktur zona euro turut mengalami kontraksi, terutama di Prancis dan Italia seiring dengan lesunya ekspor Eropa akibat kekhawatiran perang dagang.
Belum lagi, bayang-bayang brexit masih membayangi perusahaan-perusahaan Inggris sehingga menunda investasinya. Prospek mendung tersebut mendorong perkiraan investor bahwa ECB dan Bank of England kemungkinan besar tidak dapat mengerek suku bunga acuannya sama sekali pada 2019.
Di sisi lain, meski Presiden AS Donald Trump telah mengisyaratkan kemajuan proses negosiasi dagang dengan China, Bloomberg’s Global Trade Checkup menyimpulkan bahwa para ekonom dan investor tetap khawatir. Sebab, ada potensi pembicaraan kedua negara ekonomi raksasa ini bakal mandek menjelang tenggat penghentian kenaikan tarif pada 1 Maret mendatang.
Sementara itu, para ekonom juga memproyeksikan ekspansi perekonomian dan pertumbuhan pekerjaan AS bakal makin melambat di tahun ini lantaran stimulus fiskal yang berlaku sejak awal 2018 mulai memudar. Terlebih lagi, shutdown pemerintah AS mengakibatkan tertundanya rilis beberapa indikator ekonomi, termasuk untuk perdagangan internasional, sehingga mempersulit ekonom dan investor memproyeksi perekonomian ke depan dengan data terbaru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News