kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perlambatan ekonomi global turut menekan neraca dagang Indonesia


Minggu, 14 Oktober 2018 / 12:50 WIB
Perlambatan ekonomi global turut menekan neraca dagang Indonesia


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan ekonomi global akan berpengaruh negatif pada kinerja ekspor Indonesia. Tekanan terhadap ekspor terjadi karena penurunan volume permintaan produk ekspor Indonesia dari negara-negara tujuan ekspor.

Eric Alexander Sugandi, ekonom Asian Development Bank Institute mengatakan, harga komoditas pun turun sebagai dampak penurunan permintaan. Eric juga menjelaskan, meskipun harga komoditas energi naik, jika perang dagang berlanjut dan tereskalasi maka harga komoditas energi bisa terkoreksi.

Pun pengaruh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China bisa mengalihkan produk China masuk ke Indonesia. "Misal baja dan alumunium, sehingga bisa menimbulkan persaingan dengan produsen domestik di Indonesia," jelas Eric kepada Kontan.co.id, Jumat (12/10).

Eric juga mengatakan perang dagang berisiko meluas jika makin banyak negara yang melindungi pasar domestik baik dengan kebijakan tarif atau non-tariff barrier.

Sekadar info, IMF menyatakan ketegangan global saat ini berpengaruh mengurangi PDB sekitar 1%. Pun menyebabkan pertumbuhan ekonomi global lebih rendah dari pada yang ditargetkan yakni 3,7% dari yang sebelumnya 3,9%

Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi, neraca perdagangan pada September 2018 akan surplus tipis yakni US$ 200 juta. Surplus diperoleh dari perbaikan pada sisi impor. "Menurunnya impor menjadi faktor utama neraca dagang surplus," ungkap Lana kepada Kontan.co.id, Sabtu (13/10).

Penurunan terjadi pada impor barang konsumsi non migas. Lana melihat pemerintah mengurangi impor bahan makan. Sedangkan impor migas menurutnya masih cenderung tinggi karena harga minyak entah yang juga naik.

Sedangkan belanja infrastruktur tidak berpengaruh banyak karena dibantu oleh penurunan impor barang konsumsi non-migas. "Karena ini bukan siklus impor, mungkin bulan depan baru tinggi karena untuk keperluan akhir tahun," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×