Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Gubernur Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) Yi Gang mengatakan, China tengah berusaha untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan dengan AS secara konstruktif.
“Saya kira, kami juga mencari solusi konstruktif terhadap ketegangan perdagangan saat ini,” katanya di Bali, Minggu (14/5).
"Kami ingin solusi konstruktif yang lebih baik daripada perang dagang di mana semua pihak akan lose-lose. Saya pikir mereka (pembuat kebijakan) harus meredakan dampak negatif pada ketegangan perdagangan sehingga seluruh dunia harus bekerja sama untuk mencari solusi yang kontruktif," lanjutnya.
Dalam seminar perbankan internasional G30, ia mengatakan, risiko dari konflik perdagangan telah menyakiti pertumbuhan global dan menyebabkan ketidakpastian di pasar keuangan secara signifikan. Yi Gang pun setuju dengan laporan yang dikeluarkan IMF beberapa hari lalu soal efek dari ketidakpastian perdagangan kepada ekonomi dunia.
"IMF mempresentasikan model mereka dan meramalkan bahwa dunia akan kalah untuk ketegangan perdagangan. Baik untuk negara-negara perdagangan utama maupun untuk ekonomi global. Saya cukup banyak setuju dengan prediksi IMF. Saya pikir ketegangan perdagangan telah menjadi masalah yang menyebabkan ekspektasi negatif dan menciptakan ketidakpastian sehingga orang-orang gugup,” kata dia
"Ada ketidakpastian yang luar biasa di depan kita,” tambahnya.
Yi menambahkan, China saat ini akan meningkatkan reformasi dan membuka lebih lanjut ekonominya sambil meningkatkan perlindungan hak kekayaan intelektual. Adapun, ia mengatakan, surplus transaksi berjalan China telah menyempit selama bertahun-tahun dan ada bagian-bagian perdagangan antara China dan AS yang tidak tercermin dalam data, seperti anak perusahaan AS yang memproduksi dan menjual di China.
Ia juga menegaskan kembali bahwa kebijakan moneter China cenderung berhati-hati dengan bias netral. Adapun, PBOC kini memiliki banyak ruang untuk menyesuaikan kebijakan moneter jika diperlukan.
Amerika Serikat sebelumnya menuduh China telah melanggar hak kekayaan intelektual produk AS dan mengenakan tarif lebih tinggi atas US$ 250 miliar produk impor dari China. China pun melakukan aksi balas dengan menaikkan tarif berbagai produk impor dari AS. Ketegangan dagang ini dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian keduanya, dan negara lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News