kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.414.000   5.000   0,35%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Pergerakan ICP ke depan masih dinamis, pemerintah harus siap opsi kebijakan


Minggu, 08 April 2018 / 23:21 WIB
Pergerakan ICP ke depan masih dinamis, pemerintah harus siap opsi kebijakan
ILUSTRASI. Pengisian BBM di SPBU Pertamina


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Crude Price (ICP) kembali mengalami kenaikan pada bulan Maret 2018 naik sebesar US$ 0,26 per barel menjadi US$ 61,87 per barel. Sementara pada bulan Februari sebesar US$ 61,61 per barel.

Pengamat Ekonomi ADB Institute Eric Sugandi mengatakan, ICP merupakan harga patokan pemerintah dalam menyusun APBN, baik untuk sisi penerimaan maupun pengeluaran.

Kenaikan harga minyak di satu sisi meningkatkan tekanan terhadap pos subsidi APBN, di sisi lain bisa menaikkan penerimaan pemerintah.

“Net-net saya perkirakan dampaknya terhadap APBN masih positif, karena mekanisme penetapan harga BBM tidak lagi menggunakan fixed price yang mengharuskan pemerintah menjaga harga pada level tertentu,” ujarnya kepada kontan.co.id, Minggu (8/4).

Eric memprediksi, jika ICP terus naik, maka penerimaan pemerintah dari pajak migas ikut naik.

“Kelihatannya harga minyak dunia masih akan naik trennya seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi global yang tingkatkan demand dan pembatasan produksi oleh OPEC dan Rusia,” jelasnya.

Sementara itu, pengamat Energi Fabby Tumiwa mengatakan, kenaikan harga ICP pekan ini lebih di pengaruhi oleh keputusan Saudi Aramco menaikkan harga minyak mentah.

Hal tersebut untuk konsumen dari Saudi Aramco di benua Asia dan untuk kontrak bulan mendatang.

Dia memprediksi, pergerakan ICP ke depan masih akan dinamis, dan bergerak pada kisaran US$ 60,5 hingga US$ 65 per barel.

“Masih akan dinamis bergerak, bisa naik dan turun. Tergantung pada kondisi-pasokan dan permintaan minyak, kondisi kilang, nilai dollar dan lainnya. Bisa jadi Mei harga minyak naik karena beberapa kilang lakukan perawatan,” jelasnya.

Untuk itu, Fabby memberikan saran bagi pemerintah dan Pertamina yang harus siap dengan opsi dan intervensi kebijakan yang tepat, sesuai situasi yang dihadapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mudah Menagih Hutang Penyusunan Perjanjian & Pengikatan Jaminan Kredit serta Implikasi Positifnya terhadap Penanganan Kredit / Piutang Macet

[X]
×