Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Anna Suci Perwitasari
Namun demikian, China bukanlah investor utama investor portofolio Indonesia. Selama ini, investor portofolio global utamanya datang dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Jepang, dan Singapura yang lebih berpengaruh terhadap pasar keuangan Indonesia.
“Portofolio investment oleh investor global ke emerging markets bisa turun banyak tahun ini jika wabah virus corona tidak bisa segera dihentikan. Investor akan lari ke Obligasi AS yang dianggap sebagai safe haven,” kata Eric kepada Kontan.co.id, Selasa (3/2).
Untuk itu Eric menyarankan agar pemerintah segera membuat kebijakan fiskal dan moneter yang bisa menggerakkan sektor keuangan sehingga investor asing tidak kabur dari pasar keuangan dalam negeri.
Insentif fiskal yang sudah digelontorkan pemerintah untuk industri pariwisata tidak sepenuhnya bisa meredam dampak negatif corona. Kini pemerintah diharapkan dapat menunjukkan keseriusan dalam melokalisir virus corona dan mencegah supaya tidak jadi wabah di Indonesia.
Baca Juga: Fauzi Ichsan: Masih Ada Ruang untuk Stimulus Fiskal
“Insentif-insentif ke sektor pariwisata tidak akan optimal kalau orang takut bepergian. Yang saya lihat insentif di pariwisata itu bisa tidak optimal kalau penanganan virusnya sendiri tidak bisa meyakinkan calon wisatawan,” ujar Eric.
Eric menambahkan, pemerintah dapat menyokong konsumsi rumah tangga untuk stabilitas pertumbuhan ekonomi percepatan belanja negara baik belanja pemerintah pusat maupun transfer daerah harus segera dilakukan sebelum kuartal I-2020 berakhir.
Di sisi lain, untuk menggenjot konsumsi rumah tangga masyarakat kelas menengah, Eric bilang instrumen fiskal yang tepat adalah menaikkan tarif penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
“Ini perlu, tapi tentu ada trade off ke potensi penerimaan pemerintah yang hilang. Tapi kalau untuk jaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi ya sebaiknya dilakukan,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News