CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Penyebab Pilpres di Hong Kong kacau balau


Senin, 07 Juli 2014 / 06:00 WIB
Penyebab Pilpres di Hong Kong kacau balau
ILUSTRASI. 4 Manfaat Zumba untuk Kecantikan Kulit.


Sumber: TribunNews.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Panitia Pemilihan Luar Negeri Hong Kong dinilai terlalu merasa percaya diri semua warga negara Indonesia bisa menggunakan hak suaranya dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 di 13 Tempat Pemungutan Suara di Victoria Park.

Faktanya, mereka tak bisa membuat opsi lain setelah sekitar 500 sampai sejuta orang WNI tak bisa memilih sampai TPS ditutup pukul lima sore waktu setempat. Sehingga mereka yang tak bisa memilih berdemo.

"Kita sempat wawancara Ketua PPLN Hong Kong, biasa disapa Pak Didi pukul 09.00. Dia optimistis semua WNI bisa memilih," ujar Koordinator Desk Pemilu Migrant Care Syaifullah Anas saat dihubungi Tribunnews.com dari Jakarta, Minggu (6/7/2014).

Syaiful menjelaskan, pukul 09.00 waktu setempat, TPS mulai dibuka. Pemilih sudah mengantri sejak pukul 07.00. Dalam wawancara itu, PPLN tak memiliki opsi lain menyikapi antrian pemilih yang sudah menunggu sejak pagi.

"Mereka tidak menyediakan alternatif lain dan bisa selesai jam lima. Kita sudah menanyakan opsi lain itu, pas melihat antrian yang panjang, ditambah lambatnya pendaftaran pemilih yang belum terdaftar," terangnya.

Dikatakan Anas, PPLN sejak awal tetap optimistis sekitar 96 ribu pemilih bisa menyuarakan haknya di bilik suara yang tersedia sebanyak 13 buah sampai pukul lima sore, sesuai izin yang diberikan otoritas Hong Kong.

Belakangan, target mereka tidak terpenuhi. Sampai pukul lima sore, masih tersisa 500 sampai seribu orang pemilih tertahan di luar karena tak bisa gunakan hak pilihnya. Mereka ada sudah terdaftar jadi pemilih dan belum.

Migrant Care mengaku sangat menyayangkan langkah PPLN Hong Kong yang tidak mengantisipasi hal tersebut, mengaca pada Pemilu Legislatif 2014. Seharusnya PPLN bisa memprediksi hal seperti ini karena buruh migran melek politik.

Dibandingkan dengan Pemilu 2009 silam, kebanyakan buruh migran Indonesia di Hong Kong masih apolitis, dan tidak peduli siapapun pemimpin yang akan berkuasa kelak. Namun kali ini berbeda, pemahaman mereka baik.

"Pada Pemilu 2009 pemilihan di KJRI, dan itu sepi banget. Sekarang teman-teman di Hong Kong mengenal calon yang akan dipilih, terutama visi misi kepada buruh migran. Ini jadi faktor utama yang membuat mereka mau memilih," terang Syaifullah. (Yogi Gustaman)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×