kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Penumpukkan Barang di Tanjung Priok Makin Memburuk


Kamis, 11 September 2008 / 20:52 WIB


Reporter: Nurmayanti | Editor: Test Test

JAKARTA. Penumpukan kontainer di pelabuhan Tanjung Priok sudah terlalu parah. Penyebabnya adalah salah kelola dan terbatasnya kapasitas penyimpanan. Untuk itu, pemerintah berencana memberi insentif bagi pemilik yang segera mengambil kontainernya.

Saat inspeksi mendadak (sidak) Kamis (11/9), Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu menemukan puluhan kontainer menumpuk berhari-hari hanya menunggu giliran pengiriman. Normalnya, barang bisa dikirim selambatnya tiga hari setelah pemeriksaan. Kenyataannya, barang baru terkirim dalam delapan hari. "Selain tidak efisien, ini juga membuat biaya tinggi," ujar Mendag.

Mari menemukan tiga masalah. Pertama, masalah pengurusan dokumentasi yang lambat. Kedua, sistem pengelolaan pelabuhan yang kurang baik, dan ketiga, kapasitas pelabuhan yang terbatas. Padahal, tahun ini, jumlah kontainer di Tanjung Priok naik 13%-15% dari tahun.

Direktur Utama Pelindo II A Syaifudin enggan semua kesalahan dibebankan ke pihaknya. Menurutnya, penumpukan barang terjadi karena eksportir enggan mengambil barangnya meski sudah lolos pemeriksaan. "Hal ini merugikan pengguna lain yang ingin menaruh barang di pelabuhan," katanya.

Pemerintah, menurut Mari, sedang berusaha mencari jalan keluar. Seperti, membentuk tim arus barang buat mengurai benang kusut di pelabuhan. "Tim akan mencari tahu akar masalahnya," lanjutnya. Selain itu, pemerintah akan memberikan insentif bagi pengguna pelabuhan yang bersedia secara cepat mengambil kontainer. Nah, yang lamban mengeluarkan barang bakal mendapatkan sanksi. Sayangnya, Mari tak menjelaskan detil mekanisme insentif dan disinsentif ini." Ini yang sedang kita kaji sebagai kemungkinan solusi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×