Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Hasil survei penjualan eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) mengindikasikan penjualan eceran Februari 2017 mencatatkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, perlambatan tersebut juga diperkirakan berlanjut hingga Maret 2017.
Pada Februari 2017, perlambatan terjadi pada penjualan kelompok makanan dan nonmakanan. Bahkan, kelompok nonmakanan mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Begitu juga di bulan Maret, penjualan kelompok makanan diperkirakan tumbuh melambat. Sementara penjualan kelompok nonmakanan malah mencatat penurunan atau negatif.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, perlambatan penjualan tersebut dipicu oleh kenaikan tarif listrik pada Januari dan Maret 2017 dan tarif-tarif yang diatur pemerintah lainnya. Hal itu membuat daya beli konsumen menurun.
"Kalau makanan, primary good, sifatnya memang mereka harus beli. Untuk nonmakanan, secondary good, daya beli mereka turun sehingga mereka kurangi konsumsi itu," kata Juniman kepada KONTAN, Senin (10/4).
Meski demikian, Juniman melihat perlambatan penjualan tersebut terutama dialami di wilayah Jawa. Sementara di luar Jawa, masyarakat terbantu dengan kenaikan harga komoditas yang membuat masyarakat memiliki penghasilan lebih untuk konsumsi.
Ia memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal pertama tahun ini masih bisa mencapai angka 5% year on year (YoY). "Spending di Sumatera dan Kalimantan yang terbantu peningkatan harga komoditas bisa menopang perlambatan di Jawa dan Bali," tambah Juniman.
Ia juga memperkirakan, pertumbuhan penjualan ritel di Mei mendatang bisa meningkat karena terbantu musim puasa dan Lebaran. Namun demikian, penjualan ritel di Agustus masih perlu diwaspadai karena adanya dampak kenaikan tarif listrik di bulan Juli dan kembali normalnya permintaan usai Lebaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News