kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Penjelasan Boediono sinyal peluru untuk SBY?


Kamis, 28 November 2013 / 13:22 WIB
Penjelasan Boediono sinyal peluru untuk SBY?
ILUSTRASI. AS) menegaskan akan membela Filipina terhadap serangan apa pun terhadap kapal atau pesawatnya di Laut China Selatan. U.S. Navy/Handout via REUTERS


Sumber: TribunNews.co | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Penjelasan mantan gubernur bank Indonesia yang kini menjabat Wakil Presiden Boediono terkait bailout Bank Century Rp 6,7 triliun dinilai cerdas. Pernyataan Boediono saat jumpa pers tersebut dianggap merupakan sinyal peluru kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan LPS.

"Dia (Boediono) itu cerdas pernyataannya merupakan sinyal peluru ke presiden. Soal Bailout sebenarnya yang terpenting ada di LPS," kata Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad Wibowo saat berbincang dengan awak media di kantor redaksi Kompas TV, Jakarta, Rabu (27/11) malam.

Menurut Dradjad, dengan mengatakan bahwa tanggung jawab hanya sampai kepada FPJP tidak ada kerugian negara yang muncul, karena uang sudah kembali pada bulan Mei waktu itu.

"Tidak ada kerugian negara, tidak terkait kepentingan politik. Secara hukum Boediono tidak bersalah," kata Dradjad.

Hanya saja lanjut Dradjad, ada yang dilupakan oleh Boediono, yakni mengenai uang yang digunakan untuk pembayaran FPJP. Itu kata Dradjad adalah uang negara, karena dana tersebut milik LPS.

"Yang beliau lupa, duit buat bayar FPJP adalah uang negara, karena itu duit LPS, LPS uang negara," katanya.

Sebelumnya, dalam pemeriksaan Boediono oleh penyidik KPK, keterangan yang diminta penyidik fokus pada pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP). Pertanyaan yang diajukan cukup banyak dan ia berusaha memberikan jawaban secara tuntas, mulai dari awal kondisi krisis saat itu hingga keputusan pemberian FPJP pada Bank Century.

Pertanyaan seputar krisis merupakan upaya penyidik KPK untuk mendapatkan gambaran akurat mengingat sebelumnya mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak melihat ada krisis.

Mengenai kondisi krisis pada Oktober-November 2008, Boediono mengemukakan, hal itu cukup mengancam perekonomian Indonesia. Kegagalan suatu institusi keuangan, betapa pun kecilnya, bisa menimbulkan dampak domino atau krisis sistemik.

Saat itu Indonesia tidak menerapkan blanket guarantee yang menjamin semua deposito simpanan di bank sehingga langkah penyelamatan Bank Century menjadi satu-satunya cara agar tidak terjadi krisis sistemik.

Boediono meyakini, langkah penyelamatan atau pengambilalihan Bank Century itu merupakan langkah yang tepat. Hal itu terbukti dengan situasi krisis yang dapat dilewati tahun 2009 dan perekonomian Indonesia terus tumbuh.

Bahkan, pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi menempati peringkat kedua dunia, di bawah China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×