Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. S&P Global mencatat, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2023 berada di level 51,9. Angka ini meningkat 0,7 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 51,2.
Oleh karena itu, PMI Manufaktur Indonesia melanjutkan perbaikan kondisi sektor manufaktur menjadi 19 bulan berturut-turut. Apalagi, laju pertumbuhan merupakan yang tercepat sejak bulan September lalu.
Tim Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir memperkirakan akan ada peningkatan PMI Manufaktur Indonesia pada April 2023. Hal ini dikarenakan pada momen tersebut biasanya ada peningkatan kebutuhan lebaran sehingga industri manufaktur akan meningkatkan produksinya.
Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Meningkat Menjadi 51,9 Pada Maret 2023
"Diperkirakan akan meningkat sampai dengan April ini untuk memenuhi kebutuhan Idul Fitri mulai minggu ketiga sampai dengan akhir bulan. Industri akan berproduksi hingga minggu kedua sebelum libur lebaran," ujar Iskandar kepada Kontan.co.id, Senin (3/4).
Hanya saja, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S.Lukman memperkirakan PMI Manufaktur Indonesia akan mengalami penurunan pada April 2023. Menurutnya, ini tidak terlepas dari banyaknya hari libur pada bulan tersebut.
"April mungkin sedikit turun karena pendek hari kerjanya," terang Adhi kepada Kontan.co.id, Senin (3/4).
Oleh karena itu, Adhi menyarankan pemerintah untuk tetap menjaga daya beli masyarakat kelas bahwa serta tetap melanjutkan bantuan sosial seperti bantuan langsung tunai (BLT) sampai benar-benar kondisi telah normal kembali.
Dihubungi berbeda, Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Harsono Gunawan meramal hal yang sama. Dirinya melihat kinerja manufaktur Indonesia masih akan ekspansif meski akan mengalami penurunan pada April 2023.
Baca Juga: Pengusaha Optimistis Industri Manufaktur Indonesia Tetap Menggeliat pada 2023
"Prospek manufaktur di April 2023 masih bisa ekspansif dengan angka tetap diatas 50, meski mungkin menurun sedikit dari Maret," ucap Yustinus kepada Kontan.co.id, Senin (3/4).
Optimisme PMI Manufaktur Indonesia masih ekspansif tersebut dengan catatan logistik tetap lancar selama dua minggu pertama April 2023, yaitu ketika angkutan darat masih leluasa untuk beroperasi. Selain itu, Yustinus juga menduga bahwa penerapan Terminal Booking System (TBS) juga akan mengganggu kinerja manufaktur Indonesia.
"Tampaknya berpotensi menghambat kinerja sektor manufaktur bila TBS ini gak mulus, bisa ganggu kelancaran ekspor," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News