kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.259   -164,00   -1,02%
  • IDX 6.977   -131,16   -1,85%
  • KOMPAS100 1.041   -22,74   -2,14%
  • LQ45 817   -16,67   -2,00%
  • ISSI 213   -3,40   -1,57%
  • IDX30 417   -9,02   -2,12%
  • IDXHIDIV20 503   -10,22   -1,99%
  • IDX80 119   -2,54   -2,10%
  • IDXV30 125   -2,27   -1,79%
  • IDXQ30 139   -2,85   -2,01%

Pengusaha Optimistis Industri Manufaktur Indonesia Tetap Menggeliat pada 2023


Rabu, 01 Februari 2023 / 16:28 WIB
Pengusaha Optimistis Industri Manufaktur Indonesia Tetap Menggeliat pada 2023
ILUSTRASI. Fasilitas produksi?Acer Manufacturing Indonesia. Pengusaha Optimistis Industri Manufaktur Indonesia Tetap Menggeliat pada 2023.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA  Industri manufaktur Indonesia makin menggeliat. Ini tercermin dari peningkatan Purchasing Managers's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang meningkat menjadi 51,3 pada Januari 2023.

Angka ini naik 0,4 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 50,9. Meski pertumbuhan ini terbilang sedang, namun angka PMI sedang berada di titik tertinggi sejak bulan Oktober 2022.

Hanya saja, permintaan domestik masih menjadi pendorong utama kenaikan penjualan. Sementara, permintaan dari luar negeri justru menunjukkan penurunan. Oleh karena itu, hal tersebut akan menjadi penghambat besar sektor yang telah terjadi sejak 2022.

Baca Juga: Dapat Berkah dari Belanja Pemilu, Pengusaha Optimis Sektor Manufaktur Kian Menggeliat

Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Harsono Gunawan mengatakan, meningkatnya PMI Manufaktur Indonesia sebesar 0,4 poin tersebut membuktikan efektivitas kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mampu mempertahankan penguatan permintaan domestik sehingga mengurangi ketergantungann dari gejolak atau disrupsi global.

Memang, Yustinus memaklumi adanya penurunan permintaan global. Pasalnya, penurunan permintaan ekspor pada tahun 2023 sudah diperkirakan lantaran tahun 2023 merupakan tahun yang berat bagi perekonomian global.

"Memang tahun 2023 akan semakin sulit, sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan global," ujar Yustinus kepada Kontan.co.id, Rabu (1/2).

Dirinya bilang, penurunan permintaan ekspor dapat dilakukan dengan kebijakan pro ekspor yang dapat meningkatkan daya saing produk manufaktur. Peningkatan tersebut juga bisa dilakukan dengan kelanjutan kebijakan yang sudah terbukti efektif yakni Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).

Baca Juga: Jokowi Minta Jajarannya Tak Ragu Setop Ekspor Bahan Mentah, Hilirisasi Jalan Terus

"Serta peningkatan konektivitas, yaitu peningkatan kelas jalan sehingga truk berkapasitas besar mampu mendustribusi produk sampai ke daerah, sehingga biaya logistik dapat ditekan," katanya.

Oleh karena itu, Yustinus memperkirakan PMI Manufaktur Indonesia masih akan menguat sejalan dengan permintaan domestik yang masih tinggi.

"Artinya daya beli masyarakat menguat, tenaga kerja masih terserap banyak, diantaranya di sektor manufaktur karena sektor manufaktur menghasilkan dampak berganda, trickle doen effect yang luas," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×