kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pengusaha mengerem utang luar negeri


Rabu, 21 Januari 2015 / 08:41 WIB
Pengusaha mengerem utang luar negeri
ILUSTRASI. IMC Pelita Logistik (PSSI) Kantongi Laba US$ 30 Juta pada Semester I/2023


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) Indonesia pada November 2014 menyusut, dibandingkan sebulan sebelumnya. Di data terbaru Bank Indonesia (BI), pemerintah masih gencar cari utangan, tapi pengusaha mulai mengerem.

BI mengumumkan, ULN Indonesia pada November 2014 sebesar US$ 294,40 miliar, turun sebesar 0,24% dari sebulan sebelumnya. Utang pemerintah bertambah sekitar US$ 735 juta. Namun, utang swasta turun lebih besar, mencapai US$ 1,39 miliar.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai, penurunan utang luar negeri swasta karena pengusaha telah melakukan pembayaran cicilan utang. Pengusaha juga mengerem utang akibat penurunan harga komoditas. "Harga barang turun, pengusaha sulit berekspansi," kata Hariyadi, Selasa (20/1).

Hariyadi memproyeksikan, swasta masih mengerem utangnya hingga semester satu tahun ini akibat kondisi makro ekonomi yang masih buruk. Karena itu, menurut Hariyadi, utang luar negeri pada semester pertama tahun ini akan turun sebesar 3%.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistiyaningsih mengatakan, penurunan ULN karena perbankan luar negeri mulai memperketat pinjaman. Ini imbas penurunan harga jual komoditas di sektor tambang dan perkebunan. "Bank mulai khawatir,  kondisi keuangan debitur tertekan akibat penurunan harga komoditas," ujar Lana.

Bersamaan dengan itu, pengusaha domestik juga mengerem utang lantaran nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).  Pelemahan rupiah ini akan meningkatkan risiko pembayaran utang berdenominasi valuta asing.

Lana memproyeksikan, swasta masih akan mengerem utang luar negerinya hingga semester pertama tahun ini. Sebab, rupiah diperkirakan masih melemah, ditambah dengan harga komoditas yang belum memiliki tanda-tanda akan membaik.

Selain itu, perbankan luar negeri juga masih menunggu kepastian kenaikan suku bunga AS. Ini akan mempengaruhi besaran bunga pinjaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×