Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pengusungan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie sebagai calon Presiden mulai "digoyang". Sebagian elemen di internal Partai Golkar meminta agar pencapresan Ical dievaluasi, mengingat elektabilitasnya yang stagnan.
Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, menganggap, Ical merupakan "underdog" di antara sejumlah kandidat lain. Menurutnya, Ical tak akan mampu bersaing dengan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto maupun kader PDI Perjuangan Joko Widodo, yang merajai sejumlah survei.
"Jika dilihat, sosok Ical ini bukan juara. Dia hanya underdog, sulit kalahkan Prabowo dan Jokowi. Ibarat bola gandul, saya selalu katakan pencapresan itu beban bagi partainya," ujar Yunarto, kemarin (17/9).
Yunarto menilai, pendeklarasian Ical terlalu dini. Hal ini, menurutnya, mengakibatkan kader Golkar lebih fokus pada urusan pemilihan Presiden dibandingkan pemenangan pemilihan legislatif yang menentukan bisa tidaknya Golkar mengusung capres.
"Golkar pun sudah kehilangan marwah-nya sebagai partai yang berbasis kader karena ribut-ribut urusan Ical ini," katanya.
Riak yang terjadi di internal Golkar terkait pencalonan Ical dinilai Yunarto persoalan klasik yang bisa dihadapi partai ini. Meski demikian, ia yakin rapat pimpinan nasional pada Oktober 2013 mendatang tidak akan mengubah keputusan apa pun atas pencapresan Ical.
"Mungkin yang muncul dalam Rapimnas nanti hanya gerakan dinamis yang mempertanyakan soal nama Ical. Momentum apakah Ical akan diganti atau tidak baru akan diketahui setelah keluar hasil pileg. Kalau ternyata suara Golkar tidak bagus, maka bisa jadi partai memunculkan nama lainnya untuk dimajukan sebagai capres," papar Yunarto.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung juga mempertanyakan elektabilitas Ical yang tak merangkak naik secara signifikan. Akbar mengatakan, Ical hanya memiliki waktu sampai akhir Desember 2013 untuk meningkatkan elektabilitasnya.
Pada Survei Litbang Kompas, Juni 2013, Ical menempati urutan ketiga di bawah Jokowi dan Prabowo. Elektabilitas Ical dalam berbagai survei lain pun rata-rata masih di bawah 10 persen. Hal ini tidak sebanding dengan elektabilitas Partai Golkar yang selalu berada di posisi puncak.
Akbar mengaku mendengar sejumlah ketidakpuasan dan kekhawatiran akan elektabilitas Ical yang tidak menjanjikan. Ia pun berharap agar pengurus daerah tingkat II Partai Golkar dilibatkan dalam forum rapimnas Oktober mendatang. (Tribunnews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News