kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   21.000   1,01%
  • USD/IDR 16.495   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.748   48,90   0,64%
  • KOMPAS100 1.084   7,66   0,71%
  • LQ45 795   12,72   1,63%
  • ISSI 264   -0,60   -0,23%
  • IDX30 412   5,94   1,46%
  • IDXHIDIV20 479   6,52   1,38%
  • IDX80 120   1,51   1,27%
  • IDXV30 131   2,38   1,84%
  • IDXQ30 133   1,53   1,16%

Pengamat Sebut Ada Lebih dari 19 Juta orang Mencari Kerja, Informal Mendominasi


Kamis, 11 September 2025 / 17:13 WIB
Pengamat Sebut Ada Lebih dari 19 Juta orang Mencari Kerja, Informal Mendominasi
ILUSTRASI. pencari kerja - job seeker. Pengamat Ketenagakerjaan, Timboel Siregar mengatakan bahwa saat ini terdapat lebih dari 19 juta orang mencari kerja di tanah air.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pengamat Ketenagakerjaan, Timboel Siregar mengatakan bahwa saat ini terdapat lebih dari 19 juta orang mencari kerja di tanah air.

Timboel menyebutkan bahwa hal ini terlihat dari data pengangguran terbuka yang mencapai 7,28 juta orang serta orang setengah pengangguran yang mencapai 11,6 juta jiwa.

“Berapa banyak yang mencari kerja hari ini itu tidak hanya 7,28 juta yang pengangguran terbuka, tapi juga yang setengah penganggur yang 11,6 juta ini masih cari pekerjaan jadi ada 19 jutaan orang yang mencari kerja,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (11/9).

Timboel mengungkapkan bahwa saat ini jumlah tenaga kerja informal mendominasi pekerja di Indonesia. Berdasarkan data BPS, 59,4% atau 86 juta pekerja berasal dari pekerja informal sementara 40,6% merupakan pekerja formal.

Baca Juga: Lemahnya Pengawasan Jadi Biang Kerok Banyaknya Impor Pakaian Bekas

“Semakin banyak pekerja formal itu akan lebih baik, struktur angkatan kerja yang baik adalah pekerja formal yang lebih banyak,” ungkapnya.

Di sisi lain, Timboel menyoroti bahwa tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih terus terjadi yang menyasar pada sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran dan jasa lainnya.

Menurutnya, industri pengolahan dinilai paling tinggi melakukan PHK, hal ini disebabkan sektor tersebut mengalami penurunan permintaan baik domestik maupun ekspor.

“Jadi ada penurunan permintaan pasar buat produk kita sehingga pengusaha yang mengelola sektor-sektor ini akan mengalami kerugian dan akhirnya PHK,” terangnya.

Dia juga menilai banyak perusahaan yang pindah ke daerah demi membayar upah yang murah kepada pekerja. Hal ini menimbulkan PHK di perusahaan-perusahaan dengan upah minimum regional yang tinggi seperti di Karawang, Jawa Barat.

“Misalnya di Jawa Tengah dia lari ke sana, di daerah-daerah Kerawang dan sebagainya itu ditinggal. Akhirnya terjadi PHK. Nah ini yang memang juga akan sangat berpengaruh terhadap tingginya PHK di sektor pengolahan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Timboel membeberkan, berdasarkan data Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) Bank Indonesia (BI) berada di level 93,2 pada Agustus 2025. Nilainya terus menurun sejak Mei 2025 yang berada di level 95,7.

“Penurunan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja yang menyebabkan masyarakat pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja,” tandasnya.

Baca Juga: Pengangguran Anak Muda RI Capai 15%, Tiga Kali Lipat dari Usia Dewasa

Selanjutnya: Saham PIPA dan ITMA Kena Suspensi BEI, Simak Prospeknya ke Depan

Menarik Dibaca: 11 Cara Menghilangkan Perut Buncit yang Membandel Menurut Ahli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×