kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat nilai Jokowi dan Prabowo belum tunjukkan performa saat debat kemarin


Minggu, 31 Maret 2019 / 22:28 WIB
Pengamat nilai Jokowi dan Prabowo belum tunjukkan performa saat debat kemarin


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Debat keempat yang pertemukan kedua calon presiden sempat diwarnai statemen kedua paslon yang terkesan curhat akan apa yang mereka alami.

Dalam segmen kedua debat Prabowo menceritakan bahwa dirinya dituduh seolah-olah membela khilafah oleh diantara pendukung lawan. Prabowo mengatakan bahwa hal tersebut nyata dianggapnya sebagai suatu yang kejam. "Suguh kejam itu," ucap Prabowo dalam debat.

Hal tersebut ditanggapi oleh Jokowi dengan nada santai. Jokowi menyebut bahwa dirinya selama 4,5 tahun memimpin negara ini juga banyak memperoleh tuduhan. "Masalah tuduh saya juga banyak dituduh pak. Pak Jokowi PKI, saya biasa saja," jawab Jokowi yang diiringi suara tertawa oleh penonton.

Pengamat politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menyebutkan bahwa sesi debat yang seakan saling curhat tersebutlah yang membuat beberapa masyarakat menilai debat seakan seperti guyonan. Karena itu, Jokowi maupun Prabowo Subianto belum menunjukkan performance mereka dalam debat.

 "Jokowi sang petahana lebih santai. Dan Prabowo lebih emosional. Baik Jokowi maupun Prabowo belum menampilkan performance terbaiknya. Sehinga debat terlihat seperti 'guyonan'," terang Ujang yang dihubungi Kontan pada Minggu (31/3).

Belum adanya narasi yang besar membuat dinilai masih hambar, masih bersifat normatif dan umum apa yang disampaikan.

Prabowo disebut masih berputar pada narasi kekayaan Indonesia yang dibawa pihak asing. "Namun terlihat diferensiasi antara Jokowi dengan Prabowo. Jokowi menjelaskan pengalaman. Sedangkan Prabowo banyak bicara kekayaan alam," sambung Ujang.

Debat masih belum dapat dikatakan menjadi referensi pemilih untuk menentukan pilihannya. Ujang menyebut bahwa debat masih normatif, sempit, dan kurang kreatif dan bahkan tidak inovatif. Namun ada satu sisi yang menarik bagi milenial disebutkan Ujang, yaitu terkait pernyataan Jokowi tentang 'Dilan' atau Digital Melayani. Istilah 'Dilan' dirasa mampu gaet para pemilih milenial yang masih menjadi swing voters.

Mengalami perbaikan. Tidak saling serang. Dan cenderung bersahabat.
Mereka berdua tidak saling serang. Tidak saling tuduh. Namun keduanya saling curhat. Yang satu curhat di tuduh PKI dan satu lagi curhat dituduh mendukung Khilafah.

Secara keseluruhan debat masih belum menggali secara detail, dalam, dan komprehensif disebut Ujang lantaran belum menyentuh hal dasar dalam perdebatan. "Seperti, saya akan naikkan angggaran Alutsista TNI tahun ke berapa? Anggarannya berapa ? Diambil dari mana anggarannya? Apakah ada anggarannya, dan lain-lain, pembahasannya masih umum," tetang Ujang.

Segi waktu juga disebut menjadi sebab penjelasan kedua capres belum maksimal. Namun debat tetap mengalami perbaikan dari sebelumnya, tidak saling serang dan cenderung bersahabat mewarnai debat capres keempat lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×